Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memahami Akar Konflik Israel-Palestina (Bagian 1)

5 Desember 2022   13:26 Diperbarui: 5 Desember 2022   13:42 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Yerusalem (Sumber:Thinkstock via Kompas.com)

Pendeta Anwar Tjen, Ph.D adalah pendeta Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), Konsultan Ahli merangkap Kepala Departeman Penerjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) dan Anggota Komisi Teologi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

Dia meraih gelar master bidang biblika, filologi dan linguistik dari Union Theological Seminary di  Virginia, Amerika (1995), lalu melanjutkan studi pra-doktoral di Pontificium Institutum Biblicum Roma (1997-1998) dan melakukan riset doktoral di  L'cole Biblique et Archologique Franaise, Yerusalem (1999), sebelum mengambil studi doktor bidang biblika di Universitas Cambridge, Inggris (2003). Tahun 2007 ia mengambil kuliah bidang linguistik di Australian National University, Canberra, Australia.

Saya mewawancarai Anwar Tjen untuk mengetahui akar konflik Israel-Palestina, tentang "Israel politis", "Israel baru" serta tafsir yang beragam terhadap ayat-ayat yang sama dalam Alkitab. Ada tiga bagian tulisan yang akan saya turunkan secara bersambung. 

=000=

Menurut Anwar Tjen, konflik berkepanjangan Israel-Palestina bermula dari dilema yang dihadapi umat Yahudi.  Selama ribuan tahun mereka telah tercerabut dari tanah leluhur mereka.

Dalam keyakinan leluhur mereka, tanah itu adalah tanah yang dijanjikan TUHAN kepada Abraham. Faktanya, tanah Kanaan-demikian namanya dalam Alkitab-awalnya adalah tanah yang didiami oleh bangsa-bangsa lain. Menurut catatan sejarah, Daud-lah yang berhasil menyatukan berbagai suku yang kemudian bergabung menjadi Israel.

"Memang wilayah Palestina berhasil ditaklukkan di bawah pemerintahan Daud.  Namun, dalam perkembangan kemudian, Israel Raya ini pecah sesudah pemerintahan Salomo, putra Daud. 

Lalu, sejak tahun 721/722 sebelum Masehi, belahan  Israel di kerajaan utara yang beribukota Samaria ditaklukkan oleh Asyur. Sesudah itu, menyusul kerajaan di sebelah selatan yang lebih dikenal sebagai Yehuda. Babel menaklukkan mereka dan membawa mereka ke pembuangan pada tahun 587 sebelum Masehi," jelasnya.

Demikianlah kenyataan tragisnya, kata Anwar.  Sejak pembuangan yang berturut-turut itu, "sisa" Israel yang lebih dikenal sebagai Yahudi merindukan kembali ke tanah perjanjian. 

Mereka berseru: "Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion ... Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!" (Mazmur 137:1, 3).

Bukit Sion yang melambangkan Yerusalem, kata Anwar, terus menjadi impian umat Yahudi yang terserak ke seluruh dunia sejak Yerusalem dibumihanguskan pasukan Romawi ketika pemberontakan terakhir meletus di bawah Simeon ben Kosiba tahun 132-135 sesudah Masehi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun