Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Horor Jonestown

14 November 2022   21:20 Diperbarui: 14 November 2022   21:21 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratusan mayat bergelimpangan (Foto: David Hume Kennerly/Getty Images via History.com)

Saya sedang mengedit sebuah dokumen Kerjasama Gereja-Gereja dari tahun 1960 ketika ketemu kisah tentang Tragedi Guyana. Tragedi yang sangat mengerikan ini terjadi 44 tahun lalu, pada 18 November 1978 di Guyana, sebuah pulau kecil di Amerika Selatan. Sekarang ia berdiri sebagai negara sendiri dengan nama Republik Kooperatif Guyana. Dahulu bernama Guyana Britania. 

History.com  dari mana kisah ini saya cuplik, menyebutnya "Jonestown Massacre". Pembantaian Jonestown.

Adalah Jim Jones. Seorang pendeta. Mendirikan sekte "Peoples Temple" tahun 1950 di Indianapolis, Amerika. Ia seorang kulit putih, namun mengecam rasisme. Khotbah-khotbahnya sungguh menarik. Ribuan orang bersimpati pada sektenya. Mayoritas campuran Afro-Amerika. Makhlum, meskipun perbedaan ras sudah dihapus di AS, dalam kehidupan sehari-hari tidak demikian. Ketika itu.

Simpati yang luber, dan pribadinya yang karismatis membuatnya terkenal. Sumbangan uang datang dari mana-mana. Terutama dari para pengikutnya. Tahun 1965 ia memindahkan sektenya ke California Utara. Terus berpindah lagi ke San Francisco pada 1971.

Soal berpindah-pindah lokasi ini karena Jones mulai terganggu oleh pemberitaan media yang mencapnya sebagai tukang tipu. Ia dituduh menggelapkan keuangan jemat dan pajak. Juga melakukan penganiayaan kepada anggotanya, terutama anak-anak.

Jones merasa hidupnya terganggu. Ia tidak tahan terus-menerus dikritik. Ia mengajak pengikutnya pindah ke Guyana, sebuah pulau kecil di Amerika Selatan. Untuk melancarkan niatnya, tiga tahun sebelum kepindahan, beberapa pengikutnya sudah melakukan survai dan mendirikan pemukiman di tengah hutan. Diberi nama Jonestown. Jones mengklaim bahwa Jonestown berlimpah susu dan madu. Laksana Kanaan bagi orang Israel seperti dikisahkan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama.

Seribuan anggota ikut serta ke Guyana.

Namun kenyataannya tidak demikian. Alih-alih surga, Jonestown justru sebaliknya adalah neraka. Anggota "Peoples Temple" dipaksa bekerja di ladang setiap hari. Kalau ada yang melawan, hukuman segera dijatuhkan. Jones juga "memelihara" pengawal bersenjata. Seluruh paspor milik pengikutnya disita. Surat-surat disensor ketat.

Jim Jones (Sumber: History.com) 
Jim Jones (Sumber: History.com) 

Tak tahan dengan kondisi ini, pada tahun 1978, beberapa mantan anggota Peoples Temple meyakinkan anggota Kongres Amerika Serikat dari California, Leo Ryan untuk pergi ke Jonestown dan menyelidiki pemukiman itu.

Pada 17 November 1978, Ryan bersama sejumlah jurnalis dan pengamat tiba di Jonestown. Empat orang mereka.

Usai kunjungan, ketika rombongan Ryan akan pulang, beberapa warga Jonestown memohon agar ikut pulang beserta rombongan. Mereka tidak tahan lagi hidup di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun