Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jejak Guru Ambon di Pasundan

8 Agustus 2022   11:59 Diperbarui: 8 Agustus 2022   12:08 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kutipan kalimat M.A.W Brouwer di perlintasan di Kota Bandung. Brouwer adalah seorang pastor katolik, peneliti dan penulis (Foto:Lex) 

Kedatangan para guru  ini tercatat dalam Buku Profil Gereja Kristen Pasundan dalam Perspektif Kemandirian Teologi,Daya dan Dana (2007). Dikatakan di sana bahwa guru-guru dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Maluku, dan Sulawesi Selatan yang didatangkan pemerintah  pada 1976-1977 yang mayoritas beragama Kristen dan ditempatkan di Sukabumi Selatan akan dilayani oleh GKP Jemaat Sukabumi.

Membuka Cakrawala

Namun lebih dari itu, kehadiran para guru ini membuka cara pandang baru bagi masyarakat Sunda. Setidaknya memahami bahwa kehadiran orang Kristen tidak berarti melakukan kristenisasi. Bagaimana pun sejarah mencatat misi penginjilan di Jawa Barat dianggap gagal. Masyarakat Sunda sangat teguh memegang keyakinan mereka.  Kalau pun ada yang menjadi Kristen, jumlahnya tidak seberapa.

"Artinya kehadiran kami waktu itu memberi warna baru bagi orang Sunda bahwa ada agama lain selain Islam. Bahwa kami sebagai guru tidak mengajar berdasarkan agama, tetapi mau memberantas kebodohan," kata Ary.

Waktu itu, menurut Ary, daerah Sukabumi bagian selatan masih  tertutup.  Artinya, pendudukya sama sekali belum bersentuhan dengan orang  luar.

"Sehari-hari masih pakai bahasa Sunda. Guru-guru juga. Bahkan dalam upacara bendera. Jadi kalau mau sombong, kami yang pertama mengajar warga untuk  berbahasa Indonesia," jelas Ary tergelak.

Dr. Hendrik Kraemer dalam buku From Missionfield to Independent Church: Report on a Decisive Decade in the Growth of Indigenous Churces (1958) mengatakan, pengaruh Islam yang lebih kuat kepada orang Sunda terutama disebabkan mereka tak pernah mengalami pengaruh kebudayaan Hindu sedalam orang Jawa.

Pasundan, kata Kraemer, tak pernah mengenal pusat-pusat agama dan kebudayaan sebesar dan sekuat Mataram kuno; Kediri, Singosari, Majapahit dan Mataram Islam di Yogyakarta. Belum lagi  pada zaman Kompeni Belanda penduduk Pasundan sangat sedikit dan tidak memiliki kehidupan kultural yang aktif. 

Ia juga mencatat mencatat bahwa orang Kristen di Sukabumi pada awalnya adalah orang Cina dan Ambon. Jika orang Ambon maka mereka adalah bekas tentara KNIL atau anggota TNI yang bertugas di sana.

Hendrik Kraemer seorang misiolog, teolog awam, dan tokoh ekumenis dari Lembaga Alkitab Belanda. Ia berkeliling ke berbagai gereja di Indonesia antara tahun 1922-1937 dan empat bulan di antaranya pada 1933 ia tinggal di Jawa Barat dan mengunjungi semua daerah yang memiliki pos-pos penginjilan dan jemaat-jemaat Kristen.

Kraemer menjadi figur penting dalam dunia misi dan dunia ekumenis karena sumbangan pemikirannya dalam hal pendekatan misi Kristen terhadap agama-agama lain. Ia sangat tenar dengan buku Christian Message in a Non-Christian World, yang diambil dari makalahnya di konferensi International Missionary Council (IMC) di Tambaram, India pada 1938. Makalah ini mempengaruhi diskusi para delegasi IMC di Tambaram dan memengaruhi pemikiran tentang misiologi pada dekade-dekade berikutnya di seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun