Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Di Papua ASI Pertama Masih Dianggap Air Susu "Kotor"

1 Agustus 2022   06:23 Diperbarui: 4 Agustus 2022   13:30 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Yosina Tabuni, salah satu kader kesehatan dari Kampung Wugari, Distrik Yalengga, Kabupaten Jayawijaya. (Foto: Dokumentasi pribadi)

"Saya ajar mereka hitung kapan mens terakhir. Dari situ baru kita hitung Hari Perkiraan Lahir (HPL). Tiga hari sebelum HPL, ibu hamil sudah harus masuk puskesmas," jelas Yosina.

Tetapi sedikit yang bisa menghitung HPL. Lebih sering terjadi,  kalau si ibu sudah mulai merasa akan melahirkan barulah dibawa ke Puskesmas. Padahal banyak persalinan yang berisiko tinggi, entah karena posisi bayi yang tak semestinya dan Ibu hamil yang kekurangan gizi. Kerap terjadi pendarahan hebat.

=000=

Semenjak tahun 2010, Wahana Visi Indonesia (WVI) membangun kemitraan dengan Unicef dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya. Juga dengan lembaga lain yang memiliki perhatian besar terhadap kesehatan ibu dan anak.

Yosina hanya salah satu dari sekitar 50 orang kader kesehatan yang selalu diundang dalam pelatihan-pelatihan yang dilakukan. Misalnya soal  Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M).

Prioritasnya memang kader yang berada di wilayah yang jauh dari Wamena. Yang sukar dijangkau pelayanan kesehatan. Yang terpencil.

Para Kader Kesehatan Belajar Tentang MTBS-M  dibawah bimbingan Nakes (Dokpri)
Para Kader Kesehatan Belajar Tentang MTBS-M  dibawah bimbingan Nakes (Dokpri)

Ukurannya mudah. Kalau mereka berjalan kaki lebih dari dua jam untuk sampai ke fasilitas kesehatan, mereka masuk kategori "terpencil".

"Waktu teman-teman WVI mulai masuk, pelatihan yang kami dapatkan makin banyak dan teratur. Kami diajar tentang mengobati Diare dan Pneumonia. Perlengkapan melahirkan juga sudah disiapkan semua oleh WVI. Juga bagaimana membawa Ibu amil ke Puskesmas," kata Yosina.

Tak ada rotan akar pun jadi. Demikian yang berlaku di pedalaman Papua. Selain memperhatikan kesehatan ibu dan anak, Yosina juga melakukan promosi kesehatan tentang sanitasi dan gizi.

Yosina dan para kader lain juga dilatih tentang Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA). Mereka  berperan untuk melakukan konseling kepada ibu hamil dan ibu menyusui yang masih mempunyai anak di bawah 2 tahun. Para kader juga diajari untuk bisa mengajari para ibu di kampung membuat makanan bergizi.

"Makanan bergizi tidak harus mahal. Makanan yang ada di sekitar kita seperti ipere bisa kita olah. Pucuknya jadi sayur yang banyak vitaminnya," kata Yosina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun