Mohon tunggu...
Alexander Krisna
Alexander Krisna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

....

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sel Punca, Masa Depan Dunia Kesehatan

24 Oktober 2017   22:53 Diperbarui: 24 Oktober 2017   23:28 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai penggunaan sel punca untuk mengatasi masalah pada ginjal.

Ginjal adalah salah satu organ yang menyusun sistem ekskresi manusia. Ginjal terdiri dari unit fungsional dasarnya yaitu nefron. Dalam nefron terjadi proses penyaringan darah, penyerapan kembali zat yang masih berguna pada darah, dan penambahan zat sisa yang sudah tidak dibutuhkan ke urin. Proses yang dilakukan di nefron ini adalah proses pembentukan urin yang akan dibuang sebagai hasil ekskresi manusia. Jaringan yang menyusun ginjal adalah jaringan mesoderm atau biasa juga disebut mesenkim

Ginjal yang bekerja sangat keras menyaring darah tentunya juga bisa rusak. Penyebab kerusakan ginjal bermacam-macam antara lain kurang minum, penggunaan obat-obatan, dan konsumsi beberapa jenis minuman tertentu yang berlebihan. Kerusakan ginjal dapat menimbulkan berbagai macam penyakit antara lain diabetes mellitus yang disebabkan kurangnya hormon insulin, albuminuria akibat kerusakan alat filtrasi , dan nefritis akibat kerusakan pada nefron, khususnya glomerulus.

Sel punca sendiri adalah sel yang belum memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi dan mampu untuk berkembang menjadi banyak sel dengan fungsi berbeda dalam tubuh. Saat sel punca melakukan pembelahan, sel yang baru bisa tetap menjadi sel punca atau berubah menjadi sel dengan fungsi khusus. Sel punca dapat digunakan sebagai sarana pengobatan untuk mengganti sel-sel yang mati akibat penyakit karena kemampuanya untuk tumbuh menjadi beragam jenis sel. Sel punca untuk pengobatan dapat diambil dari tubuh manusia itu sendiri , misalnya dari sumsum tulang belakang. Hal ini sering disebut sebagai keuntungan melakukan pengobatan menggunakan sel punca, karena bukan merupakan obat dan bukan bahan kimia.

Setelah pembahasan singkat mengenai ginjal dan sel punca, marilah mencoba menganalisis mengenai penggunaan sel punca pada ginjal untuk penyakit. Sel punca dengan segala kelebihannya, tentu saja mempunyai kekurangan. Yang pertama adalah harganya yang bisa dibilang cukup mahal untuk di Indonesia saat ini yaitu sekitar Rp 1-1,5 untuk tiap selnya, padahal butuh ratusan juta sel dalam sekali terapi. Terapi inipun juga tidak menjamin kesembuhan seketika. Selain itu, masih ada beberapa efek samping pada tubuh pasien yang bisa terjadi akibat pemberian sel punca.

Banyak orang yang merasakan anemia, masalah kulit dan rambut, penyakit radang kelenjar parotid, sindrom engraftment akibat system kekebalan tubuh yang mengeluarkan zat kimia yang dikarenakan trnasplantasi sel punca , dan beberapa masalah lain. Ada juga efek samping khusus yang hanya muncul jika seseorang mengalami penyakit tertentu sebelum diterapi dengan sel punca. Misalnya,kanker kedua yang bisa muncul jika pengguna transplantasi sel punca sebelumnya menderita kanker. 

Ada juga penyakit veno-oklusif yang mungkin  muncul setelah transplantasi, jika sebelumnya pasien melakukan transplantasi sel punca ke hati. Tentunya , hal ini bukan masalah bagi penderita yang ingin menggunakan sel punca pada ginjal. Sejauh ini, juga tidak diketahui efek samping khusus jika seseorang yang menderita kerusakan ginjal akan melakukan transplantasi sel punca. Hal ini tentunya mendukung penggunaan sel punca untuk mengobati kerusakan ginjal.

Tak hanya itu, jika sel punca diberikan untuk penderita kanker yang sudah mengalami radioterapi dan kemoterapi, pemberian sel punca bisa berbahaya. Hal ini disebabkan karena sel darah putih penerima sudah banyak yang mati karena radioterapi. Kurangnya sel darah putih saat pemberian sel punca dapat mengakibatkan infeksi. Resiko tinggi infeksi ini berlangsung selama dua sampai tiga minggu, sampai sel punca dapat membentuk jaringan untuk memproduksi sel darah putih kembali. Beberapa resiko inilah yang membuat orang-orang menganggap bahwa pengobatan dengan sel punca hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir.

Resiko tersebut tidak semuanya berlaku bagi orang yang menderita kerusakan pada ginjal, anggap saja gagal ginjal. Misalnya , resiko infeksi akibat kurangnya sel darah putih. Kurangnya sel darah putih adalah efek dari kemoterapi atau radioterapi yang dilakukan sebelumnya oleh penderita Tapi, baik radioterapi maupun kemoterapi bukanlah salah satu upaya untuk mengobati sebagian besar penyakit kerusakan pada ginjal. Radioterapi dan kemoterapi dilakukan pada penderita sel kanker. Jadi, penggunaan sel punca sebagai bentuk pengobatan pada ginjal tidak memiliki kemungkinan besar menimbulkan infeksi.

Walau begitu, masih ada resiko lain yang bisa ditimbulkan oleh sel punca pada ginjal, yaitu penyakit graft-versus-host. Penyakit ini tidak hanya terjadi pada pemberian sel punca dari sumsum tulang belakang, tapi juga pada trasnplantasi organ. Hal ini diakibatkan oleh HLA donor yang tidak sesuai dengan HLA penerima, sehingga, jika pada kasus pemberian sel punca, sel punca dari donor akan menyerang organ tubuh yang diberi. Untuk mengatasi masalah, ini bisa dilakukan tindakan-tindakan preventif,  antara lain HLA typing untuk mengecek kecocokan HLA donor dan HLA penerima. 

Dengan prosedur pemberian sel punca yang baik, seperti misalnya melakukan tes HLA terlebih dahulu pada donor sel punca dan penerima , kemungkinan terjadinya  penyakit graft-versus-host pada saat transplantasi ginjal ini dapat ditekan secara drastis. Selain itu, jika penyakit ini sampai terjadi, ada cara untuk menanggulanginya yaitu dengan cara meminum obat kekebalan dalam jangka waktu yang lama. Tapi, tentunya mencegah penyakit graft-versus-host ini terjadi akan lebih baik daripada mengobatinya.

Dari kedua pendapat saya, tampaknya tidak ada halangan berarti untuk memberikan sel punca pada ginjal untuk mengganti sel ginjal yang mati akibat penyakit. Walau begitu, efek samping yang kemungkinan diterima oleh penerima sel punca akan sangat bergantung dengan kondisi pasien dan jenis transplantasi. Setelah membahas mengenai masalah itu, mari kita coba bandingkan ginjal dengan organ -- organ lainnya yang sudah terbukti mampu disembuhkan menggunakan sel punca. Tentunya, jika sel punca mampu menyembuhkan organ tersebut, maka sel punca  berarti mampu menjadi pengganti sel -- sel dari organ yang mati tersebut.

Organ yang bisa dijadikan pembanding adalah hati. Hati sendiri selain diketahui bisa diobati menggunakan sel punca, sudah memiliki sel punca dalam organnya sendiri secara alami. Sel punca pada hati ini bertugas untuk memperbaiki organ hati yang rusak. Organ hati bisa rusak karena hati bekerja keras melakukan detoksifikasi atau penetralan racun pada makanan, agar tidak berbahaya saat dicerna. Sel punca yang hidup pada hati secara alami ini memperbaiki kerusakan pada hati bersama hepatosit, sel Kupfer, dan sel Ito. Pada pengobatan pada hati, kerja sel -- sel yang memang sudah dari awal berada di hati dibantu oleh sel -- sel punca lain dari organ selain hati (tepatnya adalah sumsum tulang belakang). Sel --sel punca ini meskipun bukan berasal dari hati, tapi mampu melakukan spesialisasi saat tumbuh sehingga memiliki fungsi yang sama dengan sel-sel hati yang mati.

Setelah itu, mari kita lihat struktur jaringan pada hati dan ginjal. Keduanya adalah organ yang berasal dari jaringan mesenkim atau juga dikenal mesoderm. Jika hati yang terdiri dari jaringan mesoderm dapat diobati, maka ginjal yang terdiri dari lapisan embrional yang sama, mesoderm , kemungkinan juga akan bisa diobati oleh sel punca.

Tak hanya itu, jika sel punca yang diberikan untuk pengobatan adalah sel punca embrionik. Sel punca embrionik terjadi saat masih pada tahap embrio , yaitu sekitar tiga sampai lima hari. Sel ini memiliki sifat pluripoten, berbeda dengan sel punca dewasa yang bersifat multipoten. Pluripoten berarti memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel dewasa, baik dari jaringan endoterm, jaringan eksoterm , maupun jaringan mesoderm (semua lapisan embrional). Multipoten sendiri berarti kemampuan sel punca untuk berdiferensiasi untuk menjadi sel dewasa dari salah ssatu golongan, misalnya hanya untuk system saraf atau hanya untuk pembentukan darah. Jika sel punca yang digunakan untuk pengobatan adalah sel punca embrionik, maka sel punca akan mampu menggantikan sel ginjal yang mati.

Tak hanya sel punca embrionik, sebenarnya juga ada beberapa jenis sel punca dewasa, bukan embrionik, yang juga mampu mengobati masalah pada ginjal. Sel punca dewasa yang mampu menggantikan sel ginjal yang mati adalah sel punca mesenkim dan sel punca hematopoietic. Sel punca mesenkim, sama seperti namanya, akan tumbuh dengan spesialisasi menggantikan sel dari organ yang terbentuk dari lapisan embrional mesoderm atau mesenkim. Kita juga sudah mengetahui bahwa ginjal terdiri dari lapisan embrional mesoderm. Sel -- sel ginjal akan mampu digantikan oleh sel punca mesenkim yang ditanam.

Sel punca dewasa yang juga mampu menangani kerusakan ginjal, adalah sel hematopoietik. Sel punca hematopoietik adalah sel punca dewasa yang mampu membentuk sel darah. Sedangkan kita tahu sendiri , bahwa ginjal adalah bagian vital dari system eksresi manusia yang bertugas menyaring darah . Kelihatannya memang agak tidak berhubungan, tapi sebenarnya ada hubungan erat antar sel hematopoietic yang mampu membuat sel darah dengan kerja ginjal.

Kerja ginjal bisa terganggu oleh kerusakan darah yang disaring. Jika darah yang disaring rusak, maka kerja ginjal akan semakin berat, dan bukan tidak mungkin ginjal akan mengalami kerusakan. Selain itu, salah satu komponen yang menyusun ginjal adalah tak lain yaitu darah itu sendiri. Sel punca hematopoietic akan membantu mengatasi kerusakan dengan membentuk sel darah yang baru dan sehat , sehingga kerja ginjal akan tidak terlalu berat. Kerja ginjal yang tidak berat tentu akan membantu dalam proses penyembuhan ginjal. Sel punca hematopoietic juga akan membantu memperbaiki ginjal. Hal ini disebabkan karena ginjal yang tersusun dari darah itu sendiri. Jadi , sel hematopoietic akan sangat membantu dalam menangani ginjal yang rusak.

Dari pembahasan di atas, ada beberapa hal yang bisa kita simpulkan. Di antaranya adalah mampu tidaknya penggunaan sel punca pada ginjal dan efek sampingnya. Sel punca embrionik dan beberapa jenis sel punca dewasa seperti sel punca mesenkim dan hematopoietic  mampu menangani kerusakan pada ginjal dengan mengganti sel-sel yang mati dan meringankan kerja. 

Sedangkan untuk efek samping transplantasi sel punca untuk kerusakan ginjal, memang ada kemungkinan efek buruk terjadi, tapi bisa dikatakan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping akibat transplantasi sel punca untuk mengatasi kerusakan ginjal lebih rendah dibanding penyakit lain seperti kanker atau penyakit liver seperti sirosis. Hal ini akan sangat mendukung penggunaan sel punca sebagai sarana pengobatan untuk kerusakan ginjal.

Sekian artikel dari saya. Terima kasih untuk semua sumber yang telah mendukung saya untuk membuat artikel ini dan para pembaca. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan bagi pembaca. Saya harap artikel ini mampu bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Sumber : 1, 2, 3, 4, dan 5.

Maniam,Manickam Bala Subra. 2014. Aktif dan Kreatif Belajar Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Grafindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun