Mohon tunggu...
Abdullah Sammy
Abdullah Sammy Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti Strategi Manajemen dan Sejarah Politik UI

Peneliti Strategi Manajemen dan Sejarawan dari Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Provokasi Isu Bisnis PCR, Sungguh Terlalu!

8 November 2021   09:32 Diperbarui: 8 November 2021   09:40 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Profit dari perusahaan berjenis social entrepreneurship bukan digunakan untuk kepentingan pemilik modal, namun demi memperbesar kontribusi sosialnya. Sehingga perusahaan social entrepreneurship bisa hidup profesional serta mandiri secara finansial dan tidak bergantung pada donasi pihak lain.   

Berangkat pada basis tersebut, kini kita bisa mengaitkannya pada PT GSI. Apakah memang keuntungan yang dihasilkan kembali ke si pemegang saham atau memang murni berputar guna kepentingan sosial? Pertanyaan itu yang sengaja tidak dijawab oleh pihak-pihak yang sengaja mengipas dan memprovokasi isu PCR.  

Dengan fakta tersebut, kita pun bisa memahami mengapa serangan sengaja diarahkan pada Luhut dan Erick yang merupakan menteri berposisi strategis. Bukan kali ini saja keduanya diserang. Ini membuktikan bahwa segala serangan ini sengaja diorkestrasi dengan kepentingan politisasi yang subjektif. Semua jauh dari sisi objektivitas. Semua demi memenuhi hasrat dan ambisi untuk menjatuhkan.  

Politik memang kerap menampilkan wajah kegelapan. Layaknya konsep Machiavelli yakni the ends justify the means, semua cara sah dilakukan yang penting tujuan tercapai. Ini seperti yang dilakukan pihak-pihak yang memainkan isu bisnis PCR. Tanpa ada basis data laporan keuangan tapi berani menyimpulkan narasi dengan penuh provokasi.  

Saya pribadi sangat setuju jika bisnis PCR ini diulas secara holistik. Sehingga semua informasi bisa diperoleh secara utuh dan objektif. Bukan informasi yang sengaja dipotong-potong yang kaya cocokologi demi kepentingan pihak tertentu. 

Cara berpikir ilmiah ini yang mesti dikedepankan dalam mencerna segala isu yang berkembang di ruang publik. Sebab kenyataannya ruang publik kita dipenuhi disinformasi alias hoaks 

Kita tentu berharap jangan sampai disinformasi di era post truth ini tak menjebak kita. Pihak yang sudah berkorban waktu, tenaga, dan dana justru dicap negatif. Meminjam kata-kata bang Haji Rhoma Irama, sungguh terlalu....

*Penulis adalah Sejarawan dan Peneliti  Strategi Manajemen dari Universitas Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun