Mohon tunggu...
Alek Kurniawan
Alek Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Seorang penulis yang bercita-cita menapakkan kaki di lima benua.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

5G di Depan Mata, Perusahaan Harus Bagaimana?

8 Desember 2020   07:20 Diperbarui: 4 Januari 2021   13:51 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layanan jaringan 5G sudah di depan mata, lalu apa yang harus dilakukan perusahaan dalam menyambut transformasi ini? (Foto: iStockPhoto)

Pada Agustus 2006, Ex-CEO Google Eric Schmidt pertama kali menggunakan frasa cloud computing atau komputasi awan. Pada saat itu, bahkan hampir sebagian besar orang yang berkecimpung di dunia teknologi informasi terkejut dengan apa arti pendekatan revolusioner cloud computing bagi bisnis.

Mungkin Anda sudah tahu bahwa cara transformatif dalam menyimpan, menganalisis, dan mengakses data banyak mengubah wajah industri bisnis di dunia.

Berkat komputasi awan, siapa pun kini dapat berkolaborasi dalam proyek secara real-time, berkumpul kapan saja di satu ruang virtual untuk konferensi, melayani pelanggan dengan lebih baik, dan memproses data dalam jumlah besar untuk mengakses insight yang relevan dengan cepat.

Namun, cloud computing merupakan penemuan revolusioner pada saat itu. Kini, kita harus terus melangkah ke depan dan menyambut teknologi baru yang lebih canggih, yakni 5G.

Diberitakan Kompas.com, 5G akan memberikan kecepatan data sebesar 10-100 kali lebih cepat dari jaringan 4G. Dengan teknologi 5G yang berkecepatan tinggi ini juga, kapasitas data di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat hingga mencapai 175 zettabyte pada 2025. Angka ini melonjak pesat dari 2010 yang tercatat hanya sebesar 1,2 zettabyte. Selain itu, tingkat latensi dari 5G juga lebih rendah dari 4G, yakni sebanyak 25 kali.

Seperti apa integrasi 5G untuk industri?

Berikut adalah pandangan pragmatis tentang dampak 5G di pabrik Le Vaudreuil milik Schneider Electric di Prancis, yang diakui oleh Forum Ekonomi Dunia (WEF) sebagai salah satu dari sembilan situs "lighthouse" canggih dunia yang menanamkan teknologi revolusi industri 4.0 ke dalam operasional produksinya.

Saat melakukan pengetesan, mereka berinovasi bersama Orange, perusahaan operator global untuk menyederhanakan operasi teknologi informasi, meningkatkan dukungan untuk manufaktur, dan mempercepat digitalisasi industri di pabrik pintar tersebut.

Salah satu proyek percontohan integrasi 5G dengan Orange pun menguji aplikasi EcoStruxure Augmented Operator Advisor dari Schneider Electric. Ternyata, 5G dapat membawa aplikasi Augmented Reality ini ke level yang lebih tinggi. Pada jaringan 5G, operator memiliki pengalaman yang lebih baik dalam melihat dan berinteraksi dengan informasi kontekstual serta real-time di perangkat seluler untuk bagian produksi dan pemeliharaan.

Dengan penerapannya, baik di dalam maupun di luar pabrik, akan ada kualitas yang lebih baik dan waktu respons yang terasa lebih cepat berkat latensi rendah yang dimiliki jaringan 5G.

Tak hanya di dalam pabrik, Schneider Electric dan Orange juga mengambil sampel di luar ruangan. Faktanya, ini adalah satu area yang diharapkan dapat terbantu dengan kehadiran jaringan 5G. Jadi, pada suatu saat nanti ketika operator instalasi listrik, instalasi air, atau instalasi tenaga surya bekerja di lapangan, dapat memanfaatkan aplikasi Augmented Operator Advisor dengan baik berkat bantuan jaringan 5G.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun