Mohon tunggu...
Aldo Aditiya
Aldo Aditiya Mohon Tunggu... -

Orang yang kebetulan suka mencari tahu tentang berbagai macam hal | Mau baca lebih? https://medium.com/@aldoan | Mau bilang sesuatu? https://twitter.com/aditiya_aldo |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran dari Mantan Tawanan Kamp Konsentrasi Nazi

24 Januari 2018   10:17 Diperbarui: 24 Januari 2018   10:45 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: https://pixabay.com/

Selain seorang psikiater, kebetulan juga Viktor Frankl adalah seorang yahudi dari Austria. Dan seperti kebanyakan yahudi dari Austria pada masa itu, dia dikirimkan ke kamp konsentrasi Nazi Jerman. Di situ dia menyaksikan banyak hal yang dilakukan oleh para tawanan-termasuk dirinya sendiri-yang hanya bisa dijelaskan sebagai akibat dari kehidupan keras di kamp.

Sebagai dokter di kamp, dia menyaksikan banyak kematian pasiennya. Setiap kali seorang pasien meninggal, tawanan lain akan melucuti barang kepemilikan mayat tersebut. 

Satu orang mengambil bekas makanan yang masih belum dihabiskan, orang lain mengambil sepatu yang masih dikenakan, dan satu orang lain mendapatkan sebuah tali dari jaket yang dikenakan mayat. Kejadian ini diamatinya tanpa perasaan apapun. Begitu kerasnya kehidupan di kamp, sampai -- sampai seorang psikiater tidak dapat merasakan apapun ketika melihat orang lain melucuti benda kepemilikan mayat.

Tapi selain itu, dia juga menemukan orang -- orang, yang walaupun menghadapi keadaan yang sama, tetap menemukan kemampuan untuk berbuat selfless -- tidak mementingkan dirinya sendiri. Orang -- orang yang memberikan kenyamanan untuk sekitarnya, yang memberikan kenyamanan pada sesama walaupun keadaan tidak mendukung. Tentu saja jumlahnya tidak banyak. Tapi cukup untuk membuat Frankl berkesimpulan demikian:

"Everything can be taken from a man but one thing: the last of the human freedoms -- to choose one's own attitude in any given set of circumstances, to choose one's own way"

Semuanya bisa diambil dari seseorang, kecuali kebebasannya untuk memilih responnya terhadap keadaan.

...

Kita sudah melihat bahwa di keadaan yang se-desperate kamp konsentrasi pun manusia tetap bisa memilih responnya sendiri. Tapi bagaimana dengan kehidupan sehari -- hari?

Sama seperti di kamp konsentrasi, banyak faktor keadaan pada kehidupan sehari -- hari yang tidak bisa kita atur-walaupun tidak seintens di kamp. Seringkali kita mengatribusikan faktor -- faktor ini sebagai alasan untuk hal yang salah dalam hidup kita. Ini terasa masuk akal, lagipula tidak bisa disangkal bahwa faktor luar akan mempengaruhi jalannya hidup - dan terkadang pengaruhnya tidak sejalan dengan keinginan kita.

Tapi kembali lagi, kita punya kemampuan untuk memilih respon kita. Daripada mempermasalahkan yang tidak bisa kita kendalikan, kenapa tidak fokus pada apa yang bisa? Daripada mengeluh, mengapa tidak mencoba mengubahnya? Daripada melihat pada apa yang sudah terjadi, kenapa tidak melihat pada apa yang bisa terjadi?

Tentu saja walaupun kita sudah fokus pada hal yang bisa kita ubah, walaupun kita sudah mencoba mengubah keadaan, walaupun kita sudah mencoba melihat apa yang bisa terjadi, kadang keadaan tidak akan sejalan dengan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun