Mohon tunggu...
Aldi Wira Utama
Aldi Wira Utama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indo Global Mandiri

Hobi menonton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebijakan Impor Gandum Indonesia Paska Invasi Rusia terhadap Ukraina

1 Maret 2023   23:59 Diperbarui: 6 Maret 2023   09:09 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi Gandum (Photo by Avinash Kumar on Unsplash)

Ukraina adalah negara penghasil gandum tebesar di dunia peringkat ketujuh menurut statistik Departemen Pertanian Amerika Serikat pada tahun 2021 sampai tahun 2022  dengan 33 juta ton dan   Indonesia termasuk salah satu yang mengimpor gandum dari Ukraina. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah kenapa kita harus mengimpor gandum dari Ukraina padahal jarak Ukraina dengan  Indonesia sangat jauh, hal ini tentu berpengaruh terhadap harga komoditas gandum jika indonesia mengimpor gandum dari Ukraina. Jawabannya adalah gandum dari Ukraina mempunyai kualitas yang tinggi, kadar protein lebih bagus dibanding India dan Australia yang selama ini dikonsumsi oleh masyarakat indonesia. Itulah sebabnya Indonesia memilih untuk mengimpor gandum dari Ukraina, dengan demikian diharapkan kebutuhan protein anak-anak Indonesia bisa terpenuhi.

Ukraina dan Rusia yang sedang berperang sama-sama merupakan negara utama pemasok gandum ke Indonesia. BPS mencatat Indonesia setiap tahun selalu mengimpor gandum dari Ukraina. Akan tetapi, menurut Badan Pusat Statistik (BPS)  impor gandum dari Ukraina jeblok 97 persen sejak diserang oleh Rusia. Deputi Bidang statistik distribusi dan jasa Setianto mengatakan impor gandum dari Ukraina hanya sebesar US$ 2 Juta  pada Januari - Juli 2022, padahal pada tahun 2021 impor gandum mencapai US$ 91,4  juta.   Perang Rusia Ukraina  telah menganggu pasokan gandum ke Indonesia. Hal ini dapat berdampak terhadap harga produk gandum beserta turunannya seperti mie instan.   

Associate researcher Center for Indonesia Policy (CIPS) yakni Krisna Gupta mengatakan bahwa konflik ini akan berpengaruh besar pada harga pangan di Indonesia dan Indonesia harus mencari sumber gandum dan pupuk baru secepatnya untuk membatasi kenaikan harga pangan. kekhawatiran akan kekurangan pemasok gandum ke Indonesia menjadi perhatian dari pemerintah meskipun dalam hal ini ternyata Indonesia masih memiliki pemasok selain Ukraina seperti Kanada, Argentina dan Amerika Serikat. Kemudian dampak dari masalah ini harus terus dipikirkan dan juga tergantung bagaimana pemerintah  mengeluarkan kebijakan agar dapat menghindari kelangkaan komoditi terutama dari  sektor gandum. Pemerintah harus mencari alternatif lain misalnya mengganti bahan baku yang berasal dari gandum dengan bahan baku lain maupun melakukan berbagai macam  inovasi produk.

Dirjen Kemenprin menyampaikan bahwasanya sejumlah negara pemasok gandum yang SK-nya akan berakhir sedang dalam proses perpanjangan di tahun ini seperti Pakistan, Rumania, Lithuania, dan Bulgaria. Hal ini dilakukan untuk menjaga stok pasokan gandum di Indonesia serta harganya tetap terkendali ditengah melonjaknya harga akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Menurut penulis sebaiknya Indonesia menanam gandum di dalam negeri karena biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak daripada mengimpor gandum.

https://matabanua.co.id/2022/07/21/dampak-invasi-rusia-ke-ukraina-terhadap-impor-gandum-ke-indonesia-apakah-produk-yang-berasal-dari-gandum-akan-naik/

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220815143613-92-834777/impor-gandum-ri-dari-ukraina-anjlok-97-persen-sejak-awal-tahun

https://www.dw.com/id/lima-fakta-tentang-gandum-dan-biji-bijian-dari-ukraina/a-62613636

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun