Mohon tunggu...
Cerpen

Beo

24 September 2017   21:32 Diperbarui: 24 September 2017   21:34 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Kisah Spiritual Tak Lekang Zaman

                Alkisah, hiduplah seekor beo yang teramat pandai berbicara. Demikian mirip suaranya dengan manusia sehingga siapapun yang mendengarnya bicara pasti mengira itu suara orang betulan. Si beo gemar terbang bebas berkeliaran, hinggap dari satu rumah ke rumah yang lain, dari satu kampung ke kampung yang lain. Sepanjang perjalanannya, tak putus-putus dia mengucapkan apapun yang dia dengar.

                Suatu hari, si beo terbang ke suatu kampung dan hinggaplah ia di rumah seorang pemarah. Si pemarah kerap mengutuk tetangga-tetangganya dengan suara keras.

                "Di mana pula speakerbaruku!? Belum ada kupakai seminggu sudah lenyap! Ini pasti ulah si tukang listrik sebelah. Sering dia kesana kemari bawa-bawa alat listrik. Dasar tukang listrik pencuri!" Umpat si pemarah tak terkendali.

                Si beo yang sedari tadi hinggap di rumahnya mulai menirukan, "Tukang listrik pencuri! Tukang listrik pencuri!" Tak lama kemudian, si beo pun mulai terbang keliling kampung sambil tetap bersuara nyaring. "Tukang listrik pencuri! Tukang listrik pencuri!"

                Warga kampung, mengira mendengar suara manusia, menjadi gelap mata. Warga yang memang dasarnya pendek kesabaran dan pendek akal itu segera mengepung rumah satu-satunya tukang listrik di kampung mereka. Si tukang listrik yang tak tahu-menahu perkara langsung ditangkap dan dihajar massa tanpa ampun. Tak puas hanya sampai di situ, si tukang listrik yang malang itu dibakar hidup-hidup hingga menemui ajalnya. Istrinya hanya bisa menangis histeris melihat kebiadaban itu di depan matanya.

                Di luar kampung yang sedang dipenuhi huru-hara itu, si beo tanpa merasa berdosa melanjutkan perjalanannya ke kampung lain. Lantas, ia hinggap di rumah seorang pencemburu. Si pencemburu sedang bertengkar hebat dengan istrinya.


                "Ngaku aja, kamu selingkuh kan!"

                "Ya ampun, udah berapa kali aku bilang aku enggak selingkuh!"

                "Bohong! Pasti kamu ada main mata dengan si santri sok agamis itu! Ngakunya dulu dia keluar kampung buat belajar, balik sini makin bejat dia. Dasar santri mesum!"

                Sekali lagi, si beo yang mendengar jelas pertengkaran itu mulai menirukan, "Santri mesum! Santri mesum!" Si beo pun mulai menyebarkan "berita" itu ke seluruh kampung, "Santri mesum! Santri mesum!"

                Tanpa memeriksa lebih lanjut, warga kampung yang mendengar seruan si beo langsung berduyun-duyun mendatangi santri yang hanya ada seorang di kampung itu. Beruntung bagi si santri, dia sempat melarikan diri ke negeri seberang. Selamatlah nyawanya dari amukan massa.

                Si beo dengan riang gembira melanjutkan perjalannya ke kampung yang lain lagi. Kali ini, ia singgah di rumah seorang sok suci. Si sok suci ini tampilannya agamis, namun hatinya busuk berbau amis. Melihat seekor beo hinggap di jendela rumahnya, timbullah gagasan di benak si sok suci. Tuan rumah bergegas ke dapur dan membawakan berbagai macam buah-buahan nan lezat untuk si beo. Beo kegirangan tak kepalang dan segera menyantap buah-buahan dari si sok suci.      

                Sembari melihat si beo makan dengan lahapnya, si sok suci berkata, "Kau ingin imbalan lebih banyak lagi? Gampang, sebarkan saja kabar bahwa Pak Kades penista agama. Dengan begitu, orang-orang akan membencinya dan dia bisa aku kalahkan di pilkades nanti! Hahahaha. Ayo, ucapkan! Pak Kades penista agama!"

                Si beo tak butuh waktu lama untuk menirukannya, "Pak Kades penista agama! Pak Kades penista agama!"

                Senyum di wajah si sok suci makin lebar. Kemudian dia lanjutkan perintahnya pada si beo, "Sekarang kau terbang keliling kampung dan sebarkan berita itu! Warga kampung ini mudah sekali diprovokasi dengan isu agama hahaha"

                Dengan sigap, si beo segera mengepakkan sayapnya untuk terbang keliling kampung dan bersuara dengan nyaringnya, "Pak Kades penista agama! Pak Kades penista agama!"

                Sesuai dugaan si sok suci, warga kampung langsung termakan fitnahan itu. Mereka beramai-ramai berdemo menuntut Pak Kades turun dari jabatannya. Tidak cukup sampai di situ, Pak Kades juga dijebloskan ke dalam penjara karena dianggap mengganggu kepentingan umum.

                Tuntas melaksanakan tugasnya, si beo kembali ke rumah si sok suci. Tuan rumah menyambutnya dengan senyum kemenangan dan menghadiahi beo dengan lebih banyak buah-buahan. Beo pun makan sepuasnya. Selekas itu, si beo melanjutkan perjalannya dengan perut kenyang dan hati senang.

Aldinal Rachman  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun