Si beo dengan riang gembira melanjutkan perjalannya ke kampung yang lain lagi. Kali ini, ia singgah di rumah seorang sok suci. Si sok suci ini tampilannya agamis, namun hatinya busuk berbau amis. Melihat seekor beo hinggap di jendela rumahnya, timbullah gagasan di benak si sok suci. Tuan rumah bergegas ke dapur dan membawakan berbagai macam buah-buahan nan lezat untuk si beo. Beo kegirangan tak kepalang dan segera menyantap buah-buahan dari si sok suci.   Â
        Sembari melihat si beo makan dengan lahapnya, si sok suci berkata, "Kau ingin imbalan lebih banyak lagi? Gampang, sebarkan saja kabar bahwa Pak Kades penista agama. Dengan begitu, orang-orang akan membencinya dan dia bisa aku kalahkan di pilkades nanti! Hahahaha. Ayo, ucapkan! Pak Kades penista agama!"
        Si beo tak butuh waktu lama untuk menirukannya, "Pak Kades penista agama! Pak Kades penista agama!"
        Senyum di wajah si sok suci makin lebar. Kemudian dia lanjutkan perintahnya pada si beo, "Sekarang kau terbang keliling kampung dan sebarkan berita itu! Warga kampung ini mudah sekali diprovokasi dengan isu agama hahaha"
        Dengan sigap, si beo segera mengepakkan sayapnya untuk terbang keliling kampung dan bersuara dengan nyaringnya, "Pak Kades penista agama! Pak Kades penista agama!"
        Sesuai dugaan si sok suci, warga kampung langsung termakan fitnahan itu. Mereka beramai-ramai berdemo menuntut Pak Kades turun dari jabatannya. Tidak cukup sampai di situ, Pak Kades juga dijebloskan ke dalam penjara karena dianggap mengganggu kepentingan umum.
        Tuntas melaksanakan tugasnya, si beo kembali ke rumah si sok suci. Tuan rumah menyambutnya dengan senyum kemenangan dan menghadiahi beo dengan lebih banyak buah-buahan. Beo pun makan sepuasnya. Selekas itu, si beo melanjutkan perjalannya dengan perut kenyang dan hati senang.
Aldinal Rachman Â