Beberapa waktu terakhir, saya sering melihat teman-teman saya mulai naik gunung. Bukan karena mereka hobi dari dulu, tapi karena sedang tren. Timeline saya penuh dengan foto puncak, sunrise yang cantik, tenda berwarna-warni, dan caption motivasi hidup. Jujur aja, awalnya saya juga naik gunung karena FOMO—takut ketinggalan. Tapi ternyata, dari situ saya sadar: ini bukan cuma soal ikut-ikutan.
Saya percaya, FOMO naik gunung itu nggak selalu buruk. Bahkan, bisa jadi awal dari sesuatu yang baik.
Awalnya Cuma Ikut Tren, Lama-lama Jadi Sayang
Waktu pertama kali naik gunung, saya cuma pengin tahu rasanya. Nggak ada ekspektasi tinggi, selain dapet foto keren dan pengalaman baru. Tapi setelah benar-benar berada di alam, saya langsung jatuh cinta. Udara dingin, pemandangan indah, dan suasana hening di tengah hutan bikin saya merasa lebih tenang.
Dari yang awalnya cuma pengin eksis di media sosial, saya jadi mulai mikir soal pentingnya menjaga alam. Saya mulai belajar etika pendakian, sadar kenapa buang sampah sembarangan itu dampaknya besar, dan pelan-pelan punya rasa tanggung jawab sebagai pendaki.
Naik Gunung Itu Nggak Cuma Soal Foto
Naik gunung ngajarin saya banyak hal. Nggak cuma fisik yang diuji, tapi juga mental. Saya belajar kerja sama, sabar, saling bantu, dan sadar bahwa kita nggak bisa egois di gunung. Kita semua saling jaga. Dan yang paling saya suka—gunung bikin saya disconnect dari dunia maya. Nggak ada sinyal, nggak ada notifikasi. Hanya saya, teman seperjalanan, dan alam.
Rasanya kayak detoks. Jauh dari hiruk-pikuk kota dan tekanan medsos, saya bisa benar-benar jadi diri sendiri. Merenung, istirahat, dan merasa "penuh" meskipun secara fisik lelah.
FOMO Bisa Jadi Gerbang Positif
Banyak orang menilai FOMO sebagai hal negatif. Tapi saya justru melihatnya sebagai pintu masuk. Dari yang cuma ikut-ikutan, bisa jadi seseorang akhirnya peduli. Asal dibarengi dengan niat belajar dan terbuka terhadap pengalaman, nggak ada salahnya FOMO membawa kita ke hal-hal yang bermanfaat.
Tentu, edukasi tetap penting. Saya sendiri masih terus belajar. Tapi saya percaya, makin banyak anak muda yang tertarik naik gunung, makin besar pula kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai baik tentang alam dan kebersamaan.
Kesimpulan
Saya setuju dengan fenomena pendaki FOMO, selama dibarengi tanggung jawab. Terkadang, niat awal kita mungkin nggak terlalu mulia—cuma pengin ikut tren. Tapi siapa sangka, dari situ bisa tumbuh rasa cinta pada alam, kesadaran untuk menjaga lingkungan, dan keinginan untuk terus belajar.
Kalau kamu juga pernah FOMO naik gunung, nggak usah malu. Justru jadikan itu titik awal untuk jadi pendaki yang lebih peduli, bukan sekadar pencari view. Karena naik gunung bukan cuma soal sampai puncak, tapi soal apa yang kita pelajari selama perjalanan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI