Mohon tunggu...
Albert Widiyanto
Albert Widiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahahsiswa Uin Ar-Raniry prodi Teknik Lingkungan dan Professional Amatir Tenis Meja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hadits Maudhu dan Dampaknya terhadap Masyarakat Modern

16 Juni 2025   13:25 Diperbarui: 16 Juni 2025   13:25 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terkahir yakni ibn Hajar (Hajar, 1993) : 

                                                                                                                                                                                                                                   

"Hadis yang rusak akibat perawi yang dusta". 

       Dari pengertian diatas muncul pengertian lain yakni hadis maudhu merupakan hadis palsu yang dibuat secara sengaja maupun tidak sengaja, hal ini sejalan dengan pendapat Ibn Salah, dan as-Sakhawi, serta as-Syuyuthi. Sedangkan Ibn Taimiyah dan al-Muallimi menyampaikan hadis palsu yang dibuat secara tidak sengaja disebut hadis batil. Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pengertian diatas bahwa hadis maudhu merupakan hadis palsu yang dibuat-buat oleh perawi dusta dengan menyandarkannya kepada nabi Muhammad SAW.  

B.   Sejarah Munculnya Hadits Maudhu

       Menurut Subhi Shalih, hadist maudhu mulai muncul sejak tahun 41 H, yaitu ketika terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh penduduk Hijaz dan Irak dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung oleh penduduk Syria dan Mesir, Ummat Islam terbagi kepada beberapa firqah: Syi'ah, Khawarij dan Jumhur. Karena itu menurut Subhi Shaleh, bahwa timbulnya Firqah-firqah dan mazhab merupakan sebab yang paling penting bagi timbulnya usaha mengada-ada kabar dan hadist. Ulama berbeda pandangan mengenai kapan mulai terjadi pemalsuan hadist, sebagian berpendapat bahwa pemalsuan hadist telah terjadi pada masa Nabi. Pendapat ini di antaranya dikemukakan oleh Ahmad Amin. Argumentasinya adalah adanya ketegasan Nabi yang menyatakan bahwa seseorang yang sengaja membuat berita bohong atas namanya, maka orang tersebut akan menempati tempat di Neraka. Hadist tersebut menurut Ahmad Amin memberikan gambaran bahwa kemungkinan besar telah terjadi pemalsuan hadist pada masa Nabi.

      Akan tetapi Ahmad Amin dalam hal ini tidak memberikan bukti-bukti dan alasan historis atau contoh konkret hadist palsu yang terjadi pada masa Nabi untuk mendukung dugaannya tersebut. Mayoritas ulama hadist berpendapat bahwa pemalsuan hadist baru terjadi setelah tahun 40 H.Sebelumnya, ketika masih di bawah kepemimpinan empat khalifah, umat Islam belum terbagi menjadi beberapa aliran dan belum disusupi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, hadist Nabi masih murni tanpa ada kedustaan sama sekali. Namun permasalahan yang terjadi antara khalifah Ali ibn Abi Thalib (w. 40 H.) dan Muawiyah ibn Abi Sufyan (w. 680 M.) memiliki dampak besar terhadap pecahnya umat dan munculnya berbagai aliran keagamaan dan politik. Masing-masing ingin melegitimasi pendapatnya dengan al-Quran dan al-Sunnah. Sejak itulah, muncul hadist-hadist tentang keutamaan khalifah, di samping muncul pula hadist-hadist yang secara tegas menyatakan pengukuhan atas kelompok-kelompok politik dan aliran-aliran keagamaan tertentu. 

C. Faktor yang mendorong pemalsuan Hadits 

       Bertitik tolak dari hadis-hadismaudhuyang tersebar, nampaknya motivasi dan tujuan pembuatan hadismaudhubervariasi, diantaranya : 

a.    Faktor Politik 

       Pertentangan di antara umat Islam timbul setelah terjadinya pembunuhan terhadap khalifah Utsman bin Affan oleh para pemberontak dan kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalibmenyebabkan Umat Islam pada masa itu terpecah-belah menjadi beberapa golongan, seperti golongan yang ingin menuntut bela terhadap kematian khalifah Utsman dan golongan yang mendukung kekhalifahan Ali (Syi'ah). Setelah perang Siffin, muncul pula beberapa golongan lainnya, seperti Khawarij dan golongan pendukung Muawiyyah,masing-masing mereka mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benar sesuai denganijtihadmereka, masing-masing ingin mempertahankan kelompoknya, dan mencari simpati massa yang paling besar dengan cara mengambil dalil Al-Qur'an dan Hadist. Jika tidak ada dalil yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba mentakwilkan dan memberikan interpretasi (penafsiran) yang terkadang tidak layak. Sehingga mereka membuat suatu hadist palsu seperti Hadist-Hadist tentang keutamaan parakhalifah,pimpinan kelompok, dan aliranaliran dalam agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun