Mohon tunggu...
Albertus Muda
Albertus Muda Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi membaca, menulis dan menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membukukan Karya dalam Kesunyian

14 Maret 2023   09:30 Diperbarui: 6 April 2023   11:40 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak menunggu lama, ratusan puisi pun terkumpul. Puisi-puisi tersebut saya terima dan memverifikasinya. Saya mengeditnya sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam buku panduan GSMB Nasional.

Sebagai penulis pemula yang sedang dalam masa penjajakan jati diri, anak-anak di satu sisi ingin menunjukkan bahwa mereka bisa. Namun, di sisi lain, niat baik itu memaksa mereka untuk melakukan tindakan plagiasi. Kurang lebih 250-an karya siswa berupa puisi yang saya verifikasi dan edit. Karya yang terindikasi plagiasi, benar-benar saya teliti dan langsung saya diskualifikasi.

Rabu, 21 Oktober 2020, editing karya siswa-siswi, memasuki tahap final. Beberapa hal yang perlu saya sampaikan kepada pihak sekolah khususnya bapak/ibu kepala sekolah dan para guru. Pertama, gerakan sekolah menulis buku nasional merupakan salah satu gerakan yang hadir menawarkan solusi literasi dan pendidikan.

Kedua, ketika kepala sekolah, guru dan siswa ketiadaan akses membukukan karya melalui penerbitan buku ber-ISBN, GSMB Nasional hadir menjawab ketiadaan akses itu, dengan memfasilitasi kepala sekolah, guru dan siswa untuk menulis. Karya diverifikasi di tingkat sekolah juga nasional, dilombahkan dan dibukukan dalam buku ber-ISBN.

Ketiga, di setiap satuan pendidikan, pasti ada siswa dan guru, yang memiliki kemampuan dan kegemaran menulis yang baik. Potensi dan kekayaan intelektual tersebut, hendaknya dapat ditangkap oleh mata lahiriah dan mata batin pimpinan sekolah, selanjutnya membuka ruang pengembangan dengan memaksimalkan potensi guru dan siswa yang ada.

Keempat, dibutuhkan kepemimpinan sekolah yang visioner dalam menyikapi berbagai program literasi yang ditawarkan. Berbagai alasan boleh dikemukakan, dalam menanggapi berbagai program literasi yang ditawarkan. Akan tetapi, sangat menyedihkan jika alasan yang diberikan mengada-ada, apalagi memberi label negatif kepada siswa dan guru.

Kelima, kepemimpinan visioner kepala sekolah dalam bidang literasi yang mencakup 6 bidang literasi dasar, mesti terus diperdalam dari waktu ke waktu, agar boleh menjadi rujukan demi memotivasi para guru dan siswa yang dipimpin, menulis dan membukukan karya. Selamat menyalakan masa depan Indonesia dari sekolah masing-masing. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun