Mohon tunggu...
Albert Panogu
Albert Panogu Mohon Tunggu... Lainnya - Marhaenisme

Bersedialah menerima nasib jika bertahan sebagai intelektual yang merdeka : sendirian, kesepian, dan penderitaan. Soe Hok Gie dalam bukunya: catatan seorang demonstran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengurai Sumber Radikalisme yang Merebak di Negeri Ini

17 Februari 2020   11:50 Diperbarui: 17 Februari 2020   11:54 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Mudanews.com

Beberapa hari yang lalu, kita disibukkan dengan kabar bahwa akan adanya pertimbangan untuk memulangkan eks kombatan ISIS kembali ke tanah air. Beruntung, pemerintah akhirnya memutuskan untuk tidak memulangkan mereka. Sebetulnya sudah banyak pengakuan yang menceritakan bahwa mereka yang pergi kesana menyesal karena apa yang dijanjikan tidak sesuai begitu mereka sampai disana.

Ada pengakuan mengejutkan dari wanita yang sudah berangkat kesana bahwa mereka hanya dijadikan budak seks untuk prajurit dan dipisahkan dari suaminya. Masih banyak cerita mengerikan yang diberitakan di media tentang kejamnya ISIS, dan tentu saja jika bicara radikalisme di negeri ini sudah banyak kasus bom bunuh diri yang terjadi akibat segelintir kelompok pengecut yang menyusahkan orang lain. Sebenarnya apa sih dasar logika mereka hingga membenarkan perbuatan melukai/membunuh orang adalah perintah agama.

Yang pertama adalah kebodohan, mereka tidak bisa mempertimbangkan dengan cermat dan akal sehat tentang ajaran agama dan menelan mentah-mentah semua ajaran yang diberikan. Mereka berpikir bahwa orang lain yang tidak se agama ataupun tidak se pemahaman dengan nya adalah sesat dan harus dilawan. Cara berpikir seperti ini sangat berbahaya karna tidak bisa menerima pemahaman orang lain dan ingin benar sendiri.

Ini tentu PR besar bagi dunia pendidikan bahwa sistem pembelajaran agama selama ini kurang efektif, karena masih banyak kesalahpahaman dalam menyikapi perbedaan kepercayaan yang sejak dulu kita lakukan. Mungkin perlu dicoba untuk mempelajari semua agama cukup pada dasarnya saja, agar mempunyai pandangan lebih jauh tentang pemahaman orang lain dan dapat menerimanya bukan hanya sekedar membenci tanpa tau apa yang mereka tolak.

Hal ini sangat tabu di Indonesia dan seperti ada ketakutan bahwa kelak anak mereka akan tergerus imannya saat mempelajari agama lain. Jika berhasil diterapkan kemungkinan akan banyak anak muda toleran yang siap berdiskusi tentang agama karena mereka sudah mempelajari dan tidak lagi hanya sekedar menjadi debat kusir yang tanpa dasar pengetahuan.

Hal kedua yang seringkali menjadi faktor dari radikalisme adalah kemiskinan. Selama ini kemiskinan hanya menjadi bahan kampanye oleh pejabat publik yang ingin mencalonkan diri, dan ketika berhasil duduk di tempat empuk mereka akan lupa janji yang selama ini mereka sampaikan kepada masyarakat.

Kemiskinan merupakan faktor yang sangat berpengaruh untuk tumbuhnya bibit-bibit radikalisme di negeri ini, ketika banyak orang yang kurang mampu dan memilih untuk meminta kepada Tuhan dan rajin untuk beribadah, seringkali mereka mendapatkan guru yang salah dan menyesatkan mereka kepada pemahaman yang ekstrim. Literasi yang buruk dan keadaan susah seringkali dimanfaatkan mereka agen-agen yang terafiliasi dengan kelompok ekstrim agama dan mendoktrin orang-orang yang tidak mengerti ini. 

Radikalisme bukan hanya permasalahan di Indonesia, ini memang masalah transnasional yang banyak negara juga sedang hadapi. Ketika kekalahan ISIS di Timur Tengah, banyak pakar yang mengatakan bahwa Asia terutama Asia Tenggara bisa saja menjadi target selanjutnya karna sangat mendukung dari beberapa faktor mulai dari banyaknya simpatisan, dan juga banyaknya wilayah seksi yang bisa mereka kuasai.

Semoga negeri ini tetap aman, dan bisa hidup rukun seperti yang selama ini sudah kita jalani dengan tentram.

Muda,Beda,dan Bersuara.

Albert Panogu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun