Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Menulis dan membaca sejarah, penikmat kopi, pecinta budaya juga sastra. Kini menjadi suami siaga untuk nyonya tercinta sebagai pekerjaan tetap.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dear Purbaya: Gas Pool Kebijakan Kepulan Asap

10 Oktober 2025   13:38 Diperbarui: 10 Oktober 2025   13:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
detik.com by. Rivan A L

Ada hal menarik dari munculnya sosok baru di Kementerian Keuangan : Purbaya, kini jadi buah bibir di berbagai kalangan. Bukan hanya karena posisinya yang strategis, tapi karena gaya kepemimpinannya yang terbilang koboy: cepat ambil keputusan, berani beda arah, dan tak segan membuat gebrakan. 

Tindakan di atas diambil sangat cepat tidak hanya berani. Ditengah situasi ekonomi yang penuh tanda tanya seperti saat ini, ada baiknya kita mengambil langkah sedikit "koboy" dalam ruang birokrasi yang selama ini terlalu penuh pertimbangan.

Ekonom Koboy 

Salah satu kebijakannya yang langsung menimbulkan reaksi berantai adalah penggelontoran dana Rp200 triliun ke bank-bank Himbara. Banyak ekonom menilai langkah ini hanya akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi sekitar 0,6 persen---angka yang jauh dari target ambisius Presiden Prabowo untuk membawa Indonesia tumbuh hingga 8 persen. 

Mari kita jujur: tidak semua kebijakan ekonomi bisa langsung dihitung dengan kalkulator. Ada faktor kepercayaan, psikologis pasar, dan semangat pelaku usaha yang kadang lebih cepat menyala daripada angka di tabel statistik.

Namun, yang paling menarik perhatian saya bukan soal angka 200 triliun itu. Biarkan hal tersebut jadi ruang diskusi panas para pakar dan ekonom negri ini. 

Keberanian Pak Purbaya menata ulang sektor yang sering diabaikan tapi menyentuh jutaan perut rakyat kecil: industri rokok dan tembakau. Ia berani menurunkan bea cukai, bahkan secara terbuka menyatakan akan "bersih-bersih" terhadap rokok ilegal. 

Langkah di atas jelas tak populer di kalangan aktivis kesehatan. Melihat dari sisi lain, membuka harapan bagi buruh pabrik, petani tembakau, dan pelaku UMKM yang menggantungkan hidupnya di sektor ini.

Kepulan Asap, Cukai, dan Rakyat Kecil

Saya masih ingat betul, ketika Gudang Garam melakukan PHK besar-besaran beberapa waktu lalu, banyak keluarga kehilangan tumpuan ekonomi. Ironisnya, di saat itu, banyak rokok ilegal justru merajalela---tidak bayar cukai, tidak ada jaminan kerja bagi pekerja, tapi tetap laku di pasar. Purbaya tampaknya ingin mengubah peta ini: ia tak sekadar menurunkan tarif, tapi menyehatkan ekosistem industri.

Tentu, kebijakan seperti ini tidak akan lepas dari kritik. Beberapa ekonom menilai langkah ini tak punya efek jangka panjang, bahkan bisa menggerus penerimaan negara. 

Tapi kalau kita menilik dari sisi akar rumput, langkah ini bisa jadi "oksigen baru" bagi masyarakat bawah. Sektor padat karya seperti tembakau dan kretek sejatinya bukan sekadar bisnis, tapi bagian dari sejarah ekonomi rakyat yang menghidupi jutaan pekerja dari Blitar hingga Kudus.

Gas Pool, Jangan Setengah Jalan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun