Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Menulis dan membaca sejarah, penikmat kopi, pecinta budaya juga sastra. Kini menjadi suami siaga untuk nyonya tercinta sebagai pekerjaan tetap.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Robohnya Dinding Pesantren dan Duka Bersama

8 Oktober 2025   18:23 Diperbarui: 8 Oktober 2025   18:23 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesantren sedari dulu dikenal dengan kesedrhanaanya begitupun pari santrinya. Sosok pengasuh bersahaja lagi karismatik juga melekat kuat. Bangunan pesantren itu kokoh karena niat tulus para pengasuh sekaligus pendirinya. Ini modal sosial yang mahal jika kita tinjau dari aspek kemanusiaanya. 

Lembaga ini juga semakin hari selalu saja tampil mengikuti memecahkan banyak masalah akar rumput yang terjadi di masyarakat bawah. Tidak hanya itu para kiainya banyak menjadi pemimpin besar bangsa ini, sebut saja sosok karismatik Hadratussyaikh Hasyim Ay’ari hingga nama besar Gus. Dur yang berlatar pesantren menjadi seorang presiden dalam catatan panjang negri ini. 

Bayangkan jika setiap pesantren punya akses pendampingan dalam berbagai aspek. Untuk kali ini pengarahan arsitektur, punya audit struktur sederhana yang difasilitasi Kementerian PUPR dan Kemenag. Bukan mustahil, sistem itu bisa mencetak generasi pemimpin kauat tapi kongkrit menyelamatkan ribuan nyawa di masa depan.

Pesantren akan selalu relevan dengan zaman. Kesederhanaan dan bersahajanya sosok didalamnya jangan dianggap kelemahan tapi melainkan ini adalah modal mahal sebagai mata uang berharga mengahdapi carut marutnya zaman dan kebudayaan asing yang mengancam jati diri sebagai bangsa.

Senerai Penutup: Duka dan Kesadaran Bersatu

Tragedi di Sidoarjo seharusnya menjadi pelajaran bersama. Bukan untuk mencari kesalahan, tapi untuk membangun sistem perlindungan jangka panjang. Pemerintah pusat bersama ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah bisa membuat program kolaboratif: kerjasama nyata saling menguatkan dari berbagai aspek termasuk bangunan fisik maupun non fisik. 

Saya sebagai penulis secara pribadi sontak teringat gagasan menarik KH. Yusuf Hasyim akrab disapa Pak. Ud sang pengasuh Pesantren Tebuireng diera tahun 1980 hingga 1990-an itu pernah memberikan gagasan keanggotaan ganda warga NU dan Muhammadiyah. Ternyata hari ini, dari duka yang ada, kita semua sadar bahwa persatuan lintas bendera apapun wajib bersatu. 

Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun