Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Menulis dan membaca sejarah, penikmat kopi, pecinta budaya juga sastra. Kini menjadi suami siaga untuk nyonya tercinta sebagai pekerjaan tetap.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemerdekaan (Royalti) Musisi

17 Agustus 2025   17:27 Diperbarui: 17 Agustus 2025   17:27 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini kita bahas bersama ya isu royalti musisi dari kacamata penulis. Alasan sederhananya karena belakangan banyak yang menyoroti isu ini. 

Menariknya isu ini masih bergulir bertepatan dengan momen hari perayaan kemerdekaan. Maka izinkan penulis melihat kemerdekaan adalah sebuah kedaulatan. Lalu menguraikan tentang kedaulatan musisi berikut nuraninya terkait masalah ini. 

Sudah saatnya mereka yang berkarya di negri ini berdaulat termasuk musisi dengan royaltinya. Ini adalah pandangan fundamental karena menyangkut harga-menghargai karya dengan sebenarnya.

Negara dan Regulasi Barunya

Pemerintah meregulasi atau mengeluarkan PP No. 24/2025 Meluncurkan sistem digital real-time untuk menarik royalti. Secara teknis tentu ini langkah maju. 

Namun kebijakan di atas menuai kritik bahkan dari beragam musisi itu sendiri. "Urusan royalti ini bukan barang baru, tapi orang-orang (yang meregulasi) itu lagi---itu lagi." Ujar Tompi Sang musisi kawakan negri ini. 

Sang musisi di atas hanya ingin menegaskan tentang transparansi. Jikalaupun regulasinya baik, tapi yang menjadi persoalan selama ini banyak yang mengambil keuntungan dari isu kesejahteraan musisi melalui regulasi royalti ini.

Dimana letak merdekanya musisi?

Mereka yang sedang hajatan pernikahan dengan dana secukupnya bahkan kurang dikenakan royalti. Apakah seorang musisi bahagia dan senang menyaksikan hal ini?

Justru banyak musisi menggelengkan kepala. Satu sisi menjual isu kesejahteraan namun dipihak lain menindas rakyat kecil dan kurang mampu. 

Royalti dengan regulasi semacam inikah untuk memerdekakan sekaligus memberi kesejahteraan bagi musisi? Raim Laode seorang musisi sekaligus seniman fenomal berasal dari Indonesia timur ini pun turut menaruh komentar. 

Pencipta lagu komang ini (Raim Laode) pun berujar dengan tegas, "Sistem royalti ini harus transparan untuk semua". Itu artinya,  kemerdekaan bukan hanya milik yang besar, tapi juga musisi yang bertahan dengan idealismenya.

Peran Lembaga Regulasi Harus Bersih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun