Mohon tunggu...
Andi Ardianto
Andi Ardianto Mohon Tunggu... Guru - Guru SD IT Insan Cendekia

Semoga tulisan yang saya hasilkan bisa menjadi amal yang terus mengalir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keberkahan Rezeki

19 September 2018   07:09 Diperbarui: 19 September 2018   09:01 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Sebagai guru, gaji bapak hanya tiga ratus ribu..." Lelaki itu memulai ceritanya, pelan. Pandangannya lurus, tidak menatapku yang ada di samping. Beliau mengenang perjalanan hidupnya di akhir tahun 80-an sampai awal 90-an.

"...seratus lima puluh ribu untukku, sisanya untuk ibu dan empat adik" Beliau melanjutkan cerita. Ya, beliau ini anak pertama dari lima bersaudara. Anak pertama, yang dalam bahasa jawa disebut mbarep, tidak sekedar bermakna sulung tapi juga pengarep, harapan.

Jika anak pertama berhasil, bisa membangkitkan inspirasi adik-adiknya.

"...kalau dipikir, apa yang bapak berikan padaku itu sangat besar. Tidak sebanding dengan apa yang diberikan untuk ibu dan adik"

Tentu saja.. setengah gaji ayah untuk beliau seorang, separuh lain dibagi berenam. Empat adik ditambah kedua orangtua.

Nilai seratus lima puluh ribu di tahun itu tentu saja berbeda dengan sekarang. Mungkin nilainya bisa satu setengah juta kalau dikonfersi saat ini. Hal ini karena inflasi yang membuat mata uang terus tergerus.

Bapaknya yang guru matematika tidak punya penghasilan tambahan. Tapi hebatnya mampu menyekolahkan semua anak hingga perguruan tinggi.

Beliau sendiri bingung bagaimana mungkin dengan gaji segitu mampu membuat semua anak sukses bergelar sarjana.

Beliau juga tahu kalau uang untuk ibu dan adik-adiknya itu sangat mepet. Hanya karena kecerdasan dan kesederhanaan ibulah yang membuat uang itu cukup. Setidaknya dicukup-cukupkan.

Kalaupun minta jatah lebih, ibu juga tahu kebutuhan anak pertamanya ini sangat banyak. Terlebih sulungnya kuliah di luar daerah, mengambil kedokteran. Tentu biaya bulanan sangat tinggi. Tidak mungkin mengurangi jatah calon dokternya ini.

Hal itu yang membuat beliau begitu respek pada ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun