Kota Malang adalah salah satu daerah yang penduduknya juga terkena Demam Berdarah Dengue (DBD). Dari tahun ke tahun, kasus DBD masih terus terjadi. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektornya. Nyamuk Aedes aegypti cenderung lebih banyak menggigit di dalam rumah, dengan waktu aktivitas utama pada pagi hari antara pukul 09.00-10.00 dan sore hari antara pukul 16.00-17.00. (Amalia & Nursapriani, 2021).Â
Gejala klinis yang muncul akibat infeksi virus ini meliputi demam tinggi yang berlangsung selama 2-7 hari, munculnya bintik-bintik merah pada kulit, nyeri berkelanjutan di area ulu hati, pendarahan, memar pada kulit, dan dalam kondisi yang parah, pasien akan mengalami keringat dingin di kaki dan tangan serta merasa gelisah. Penularan virus dengue ke manusia terjadi ketika nyamuk betina Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang sudah terinfeksi virus menggigit manusia, sehingga virus tersebut terinjeksi dan menginfeksi tubuh manusia dengan masa inkubasi 4-6 hari sebelum gejala muncul. (Wowor, 2017).Â
Tercatat pada data Dinas Kesehatan kota Malang dari tahun 2020-2022 berturut-turut adalah 304, 216, dan 569. Fluktuasi kasus DBD dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi gizi, usia, keberadaan vektor penyakit, lokasi tempat tinggal, lingkungan, tempat berkembang biaknya vektor, tempat istirahat, kebiasaan menggantung pakaian, suhu, penggunaan obat anti nyamuk, pekerjaan, pengetahuan dan sikap masyarakat, serta penerapan praktik 3M (menguras, menutup, dan mengubur). (Tansil et all., 2021).
Kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangat penting dalam menghadapi tantangan DBD. Setiap sektor memiliki peran krusial dalam pendanaan, implementasi program pengendalian, dan penyuluhan kepada masyarakat. Dewasa ini telah banyak upaya penanganan yang dapat dilakukan, seperti pada bidang kesehatan yang berperan deteksi dan pengobatan terhadapat pasien yang terinfeksi dengan menggunakan deteksik IgM, IgG, dan NS-1.Â
Pada bidang industri terdapat pengembangan vaksin yang tujuannya untuk meningkatkan imunitas tubuh pada pasien, sehingga meminimalkan risiko yang ada. Pada sektor lingkungan baik pemerintah maupun masyarakat dapat melakukan Tindakan modifikasi lingkungan yang meliputi kegiatan pengelolaan tempat penampungan air, penutupan dan perlindungan tempat penampungan air, pengolaan limbah, pemeliharaan saluran air, dan penmbahan tanaman pengusir nyamuk.Â
Seiring berkembangya jaman teknologi semakin banyak digunakan seperti pada bidang bioteknologi, penanganan DBD saat ini telah memasuki tingkat rekayasa genetika seperti CRISPR/Cas9 Â yang digunakan untuk mengubah gen nyamuk Aedes aegypti agar mereka tidak menularkan virus DBD atau mengurangi kemampuan mereka untuk bertahan hidup atau berkembang biak.
Tentu dalam penangannya tidak cukup hanya satu sektor saja, namun perlu upaya kolaboratif untuk mewujudkan daerah bebas DBD. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangat penting dalam menghadapi tantangan DBD. Setiap sektor memiliki peran krusial dalam pendanaan, implementasi program pengendalian, dan penyuluhan kepada masyarakat.
Referensi:
Amalia, & Nursapriani. (2021). Edukasi tentang Pentingnya Menjaga Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). NUSANTARA Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 11--21. https://doi.org/10.55606/nusantara.v1i2.384
Dinkes Kota Malang, 2021. https://dinkes.malangkota.go.id/wpcontent/uploads/sites/104/2021/07/profilkes-2020.pdf
Dinkes Kota Malang, 2022. https://dinkes.malangkota.go.id/wp-content/uploads/sites/104/2023/05/Profilkes-2021.pdf