Menurutnya, otak manusia memiliki dua mode utama — comfort state dan focus state.
Comfort state adalah mode saat otak mencari kenyamanan, ingin istirahat, atau menghindari hal sulit.
Sementara focus state adalah saat otak siap bekerja, berpikir jernih, dan menantang dirinya untuk berkembang.
Untuk berpindah dari comfort state ke focus state, seseorang perlu melatih rasa percaya diri dan disiplin bertahap. “Jangan langsung mengerjakan hal besar. Mulailah dari hal kecil dan ringan,” pesannya. “Kalau terus menunggu semangat datang, kamu tidak akan pernah mulai. Tapi kalau kamu mulai dulu, semangat akan mengikuti.”
Pesan ini disambut dengan sorakan kecil dari para santri yang terlihat antusias. Ustadz Adam menegaskan bahwa tindakan kecil yang dilakukan konsisten setiap hari lebih bermakna daripada rencana besar yang tak pernah diwujudkan.
🧠 Otak yang Manja: Musuh Tak Terlihat
Dalam bagian berikutnya, beliau mengajak para santri merenungi bagaimana otak bisa menjadi musuh dalam selimut. “Otak kita itu pintar, tapi juga penakut,” katanya sambil tersenyum. “Ia pandai mencari alasan, pandai menunda, tapi jarang mau mengambil risiko.”
Ia menjelaskan bahwa otak secara biologis memang dirancang untuk menghindari bahaya dan kegagalan. Namun, jika dibiarkan, sifat alami itu akan menjelma menjadi sikap malas, ragu, dan mudah menyerah. “Setiap kali kamu menunda, otakmu sedang berusaha menenangkan diri, bukan memecahkan masalah,” ujarnya.
Ustadz Adam mencontohkan fenomena sederhana: banyak siswa yang menunda mengerjakan tugas dengan alasan ingin hasil yang sempurna, padahal sebenarnya takut salah. Padahal kesempurnaan hanya bisa dicapai setelah seseorang berani berproses dan melakukan banyak kesalahan.
“Kegagalan itu guru terbaik. Tapi kalau kamu takut gagal, kamu tidak akan pernah belajar apa pun,” tegasnya.
🌤️ Overthinking: Ketika Pikiran Jadi Penghalang