Mohon tunggu...
Alan Naufal
Alan Naufal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis di Bulak sumur

Selanjutnya

Tutup

Politik

IMB Warung Sate, Bukti Raja Kecil daerah

10 Juni 2014   04:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:27 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Gimana mas tantangan bisnis di property?”iseng saya, “Duh mas, ketemu urusan sama birokrasinya itu ruwetnya bukan main, masak saya ketemuan bayar IMB di warung sate yang bener aja” ujarnya. Begitulah yang dikatakan beberapa waktu lalu oleh rekan saya. tak lama kemudian rekan saya melanjutkan pembicaraan “ kalo disolo mending mas rapi dan prosedural gak ada yang berani kayak begituan disolo mas (KKN, red),” “oh gitu, baguslah” sahut saya.

Dia merupakan seorang pebisnis property di daerah jawa tengah. Beberapa kota telah ia jamah. Diantaranya Surakarta, sukoharhjo, boyolali, dan wonogiri. Singkat cerita ia hendak mengurus salah satu tanah yang hendak ia dirikan sebuah rumah. Setelah bertemu birokrat yang berkelit kelit. Ia pun akhirnya diajak bertemu disebuah warung sate tepat didepan kantor tempat ia mengurus IMB tersebut. Disanalah ia membayarkan sejumlah uangnya. Saat itu juga IMB ditandatangani dengan cepat. Dan IMB-pun beres. Luar biasa.

Inilah otonomi daerah saat ini yang telah membuat raja raja kecil menggurita mengusai daerahnya yang membuat semuanya tak terkontrol. Disisi lain otonomi dirancang untuk membuat pertumbuhan lebih cepat. Memang tadinya seperti itu. Tapi semuanya harus ada pengawasan.

Tetapi setelah saya pikir pikir Indonesia positive atau tidak bergantung pada pemimimpinnya. Jadi dapat dibilang orang Indonesia ini bisa dibilang dua puluh persennya baik, dua puluh persennya buruk, enam puluh persennya tinggal mengikuti. Apabilah 20 persen baik ini mendominasi maka yang terjadi adalah aksi pecat massal seperti yang dilakukan ahok akhir akhir ini.

Nah masalahnya raja raja kecil tersebut cenderung berbuat cari aman. Musuhnya diminamlisir sesedikit mungkin. Bisa dibilang kalau mau jadi peminmpin di Indonesia ini harus berani mati. Kenapa begitu? Kalau tidak begitu yang ada hanyalah premanisme yang merajalela, aturan yang bagai karet, dan birokrat bagai benang kusut. Harus punya prinsip, “ Saya itu hanya takut kepada tuhan ” begitulah yang dikatakan Bu Risma. Walikota yang berani mati untuk menutup dolly. Melawan seribu preman pun tidak takut. Itulah hebatnya orang yang sudah takut tuhan.

Setelah saya pikir lebih lanjut maka dapat disimpulkan bahawa calon pemimpin bangsa ini harus yang takut tuhan, antusias, memiliki integritas yang amat sangat tinggi, dan pemikiran positive yang terus mengalir. karena apabila pemimpin sudah meiliki pemikiran negative maka enam puluh persennya akan ikut negative! Kalau sudah negative maka apapun halal! Jadi asas ketuhanan yang maha esa itu memang harus dipegang teguh oleh pemimpin. Itulah kuncinya! Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun