Mohon tunggu...
Alan Maulana
Alan Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia

Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hidup Segan Mati pun Tak Kenyang

19 Oktober 2022   00:47 Diperbarui: 19 Oktober 2022   07:24 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 gambar: doc. pribadi

   Dr. Thomas memlih untuk tidak menjawab. Tetapi pria itu terus nyerocos meski tidak dijawab. Lama sekali, sampai Dr. Thomas merasa bosan. Kesabarannya sudah habis, tetapi bingung cara apa lagi yang harus ia lakukan untuk bisa mengusir pria itu. 15 menit lamanya pria itu bicara sendiri, merasa tidak juga ada tanggapan, dengan cepat tangannya meraih kotak jarum suntik yang berada di depan Dr. Thomas. 

"Tunggu, apa yang akan kamu lakukan?"

"Sudah aku katakan Dokter! Aku ini takut hidup! Kau ini tolol atau bagaimana?"

"Lah! Apa urusanku kalau kamu takut hidup?"

"Haduh! Benar juga kata orang kalau ijazah itu hanya kertas. Kau ini, Dokter! Harusnya tahu apa pekerjaanmu! Aku pasien, datang untuk minta engkau menyembuhkan penyakitku. Hal begituan saja masa kamu tidak paham sih? Pusing deh! Jelas ini urusanmu, pekerjaanmu!"

    Dr. Thomas termenung memikirkan apa yang dikatakan pria plontos itu. Ada benarnya juga. Sudah tugasnya sebagai dokter untuk bisa mengobati pasien. Tetapi, Dr. Thomas bukan dokter jiwa, melainkan spesialis kulit. Jelas bukan ranahnya mengobati pasien gangguan jiwa. Setelah menimbang apa yang harus ia katakan agar tidak membuat pria itu bertanya kembali, Dr. Thomas kemudian menjelaskan kalau ia memang bukan spesialis jiwa.

"Heh? Jadi kamu menyangka kalau aku ini kurang waras? Tidak sopan! Percuma kuliah tinggi-tinggi kalau etikamu terhadap pasien nol besar! Apa jangan-jangan kamu ini memang tidak kuliah? Ijazahmu palsu? Nyogok berapa duit?"

"Cukup! Keluar sekarang!"

   Dengan kesal, Dr. Thomas menyeret tubuh pria plontos itu agar mau keluar. Meski usianya sudah setengah senja, tetapi tenaga Dr. Thomas masih seperti anak muda. Baginya, daya tahan tubuh adalah hal terpenting yang harus dijaga. Sebagai dokter, sangat malu jika tubuhnya sakit-sakitan. Itulah yang kemudian menyebabkan ia rajin membentuk badan, berolahraga, agar tidak ada pasien yang mencelanya. 

   Setelah berhasil membuat pria plontos itu keluar dari ruangannya, Dr. Thomas kemudian menghubungi satpamnya agar pria itu bisa ditangani. Menghadapi pria plontos itu membuat ia menjadi lelah dan memilih tidur sejenak untuk beristirahat. Akan tetapi setelah bangun, Dr. Thomas terkejut ketika melihat pria plontos itu tiba-tiba muncul kembali di hadapannya.

"Loh! Kok kamu bisa masuk? Lewat mana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun