Mohon tunggu...
Roeslan Hasyim
Roeslan Hasyim Mohon Tunggu... Editor - Cerpen Mingguan

Penyiar Radio Mahardhika Bondowoso, Pengajar Prodi PSPTV dan Perfilman SMKN 1 Bondowoso

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Negeri dalam Genggaman

31 Januari 2021   06:40 Diperbarui: 31 Januari 2021   07:04 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.voicesofyouth.org

“Ah, bakalan terasa berat obrolan malam ini” seruku dalam hati sambil menyesap sebatang rokok rakyat ditemani secangkir kopi Arabica yang memiliki rasa asam menggoda tapi juga berbahaya bagi lambung manusia yang tak biasa meminumnya. Sama halnya dengan Negeri Milik Sendiri saat ini, aku rasakan ada sebagian kecil yang menikmati Bangsa ini bak kopi Arabica. Tapi aku pikir, masih lebih banyak rakyat yang merasakan asamnya ketidakadilan social bagi seluruh rakyat Negeri Milik Sendiri, khususnya masyarakat yang tak kuasa, tak berharta dan tak punya kolega.

“Negeri ini sedang tak baik baik saja.” Nut memulai pembicaraannya.

“Memang kenapa?” sahut Dwi di sebelahnya.

Nut menjulurkan tangannya ke sebuah meja, mengambil secangkir kopi yang sedari tadi sudah menunggu pemiliknya untuk dijamah dan dinikmati sepuasnya. Glek, suara tegukan kopi hitam Arabica melewati kerongkongan Nut yang mulai kehausan.

“Alhamdulillah. Nikmat sekali kopi ini. ” katanya

“Eeeem, gimana ya. Aku harus memulainya dari mana?” terhenti sejenak dengan bola mata bergerak ke atas, menatap langit-langit warung tempat kita bertiga nongkrong, seakan Nut masih berpikir untuk memulai obrolan tentang negeri ini.

“Aku tadi sempat baca sebuah berita online. Ada sebuah media yang mengungkapkan bahwa KPK saat ini sudah mulai tak bertaji, ya bisa disebut omponglah, kayak singa tua yang hanya terlihat garang dimata, tapi sebenarnya tak bisa berbuat apa-apa. Hanya menunggu kematiannya saja.” Sahutku menyela Nut yang masih sibuk dengan pikirannya yang masih berputar-putar mencari jawaban.

“Memangnya kenapa dengan KPK?” balas Dwi

“Kamu tahu kan, semenjak pengesahan Undang-Undang No 29 tahun 2029 tentang perubahan kedua atas no 15 tahun 2012 tentang KPK, KPK tak pernah terdengar lagi beritanya mengenai tangkap tangan para pejabat negara atau wakil rakyat” kataku

“Iya, bener. Aku sepakat tentang itu. Sepertinya memang KPK tak lagi berkutik semenjak saat itu.” sahut Nut.

Dwi sedikit melakukan pembelaan terhadap aset bangsa tersebut dengan mengatakan bahwa KPK saat ini mungkin terkendala covid 19 untuk melakukan tangkap tangan pejabat atau wakil rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun