Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jumpa Aku

1 September 2019   07:15 Diperbarui: 1 September 2019   07:31 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trotoar di jalan itu sempit, namun lampu-lampu jalan yang ada cukup untuk mengiringi langkah kakiku. Langkah kaki yang semakin jauh berjalan semakin terasa berat. Terlebih lagi ujung-ujung jari kaki sudah keluar dari bagian sepatuku yang menganga. Sepatu yang masih setia menopang tubuh rapuhku.

Jalan yang aku lalui memang sepi. Tidak ada pedagang kaki lima. Toko-toko juga sudah tutup. Pejalan kaki dan pengendara motor juga tidak terlihat satupun. Di sisi jalan hanya ada koran bekas melambai-lambai tertiup angin. Hanya ada kantong plastik hitam yang seakan menari-nari tanpa iringan musik.

Aku tidak kuat lagi berjalan. Langkahku terhenti dan kutatap sekeliling. Bangku di depan emperan toko itu seolah-olah menyapaku, "Ayo mampir, duduklah sebentar di sini."


Aku tidak hanya duduk. Kurebahkan tubuhku yang lemah di kursi itu. Angin malam itu membuat badanku semakin tidak nyaman. Hembusannya membuat badanku seperti tertusuk-tusuk jarum.

Tak lama aku merebahkan tubuhku, aku mendengar suara. "Kakak, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" Kucoba membuka mataku yang terasa berat. Aku bisa melihat dengan jelas. Anak kecil itu berdiri di samping bangku tempat aku rebahan.

Anak kecil itu membuat aku benar-benar terkejut. Bukan suaranya, tetapi rupanya yang membuatku terkejut. Dia mirip sekali dengan aku. Dia seperti aku waktu berumur 8 tahun. Baju yang dipakai dan boneka Donal Bebek yang dia pegang. Itu adalah boneka kesayanganku waktu itu.

"Saya sakit adik manis," Jawabku dengan lemas sambil mencoba untuk duduk dan meredahkan rasa kagetku "Dan lupa jalan pulang ke rumah," lanjutku dengan harapan dia bisa membantuku.

Gadis kecil itu seperti menatapku dengan penuh rasa iba. "Kakak tunggu sebentar ya, saya panggilkan ayah," jawabnya sambil berlari kecil menuju ke balik sebuah gerobak yang letaknya sekitar 20 langkah dari tempat aku duduk.

Aku hanya menatap ke mana gadis itu pergi. Tidak terlihat siapapun di dekat gerobak itu. Hanya sebuah gerobak yang sepertinya digunakan untuk menaruh jeregen minyak atau air.

Tak lama aku melihat seseorang berdiri dari balik gerobak itu. Gadis itu menggandeng seorang laki-laki. Usianya sekitar 30an dan ya Tuhanku, apa yang sedang terjadi denganku. Laki-laki itu mirip sekali dengan bapakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun