Mohon tunggu...
Alam Semesta
Alam Semesta Mohon Tunggu... Desainer - Instructional Designer

Pengajar Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia di Zhejiang Yuexiu University of Foreign Languages, China. Gemar membaca, menulis, dan makan-makan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ke Yogja Alvita Segera Kembali

30 Juni 2019   21:26 Diperbarui: 30 Juni 2019   21:38 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alvita menggunakan troli tempat pakaian sebagai penyangga. Dia naik ke atas dan segera masuk meraih pakaiannya yang sudah selesai dicuci. Ketika kakinya mencoba menjejak, dia merasakan troli yang digunakannya untuk naik telah begeser.

Dia takut sekali dan berteriak-teriak sambil mengayunkan kakinya. Untuk kedua kali Alvita melakukan tindakan yang memalukan. Memalukan dan sekaligus menunjukkan kebodohannya. Tindakan memalukan dan kebodohan akibat gegar budaya.

Gegar budaya kali ini seharusnya tidak perlu terjadi kalau Alvita membaca dan bertanya sebelum naik ke atas untuk mengambil cucian yang sudah selesai.

Mesin-mesin laundri berukuran besar itu memang bertingkat. Tapi bukan berarti dia harus memanjat ke atas untuk mengambil cuciannya. Salah dirinya tidak membaca petunjuk penggunaan dan langsung saja memanjat ke atas untuk mengambil cucian yang sudah beres. Akibatnya dia terjebak di situ dan tidak bisa turun.

Peristiwa terjebaknya Alvita di mesin cuci menjadi viral di media sosial. Untung saja hanya kakinya saja yang menjadi viral dan bukan wajahnya. Walaupun demikian, teman-teman satu apartemen, kecuali Aizhan, tetap saja menertawakannya terpingkal-pingkal ketika dia kembali dari tempat laundri.

"Vita, kamu pikir itu shower. Itu mesin cuci Vita. Tempat laundri bukan untuk mandi. Mengapa kamu memanjat dan masuk ke mesin laundri itu?" ujar Yuki sambil cekikikan di samping Aizhan.

Belum sempat Alvita menjawab, Aizhan sudah melanjutkan, "Kenapa kamu tidak tanya dulu ke kami Vita. Aku hari ini juga bisa menemanimu ke ruang laundri." Aizhan menatap Alvita dengan wajah terkesan prihatin.

"Malu aku terus merepotkanmu, Aizhan," jawab Alvita.

"Ya sudah, yang penting kamu tidak apa-apa? Aku tidak pernah merasa direpotkan. Lain kali bilang ke aku kalau ada yang kamu belum paham," ujar Aizhan sambil lanjut menatap Alvita. Tatapannya  terkesan seperti sedang melakukan skrining saja.

"Aku istirahat dulu ya," kata Alvita sambil terus dengan cepat masuk ke kamar.

Setelah masuk ke kamar, Alvita menangis. Dia tidak merasa nyaman sama sekali tinggal di luar negeri. Dia kangen rumah. Dia kangen ibu. Dia kesal dengan dirinya sendiri. Semua kegundahan tersebut bercampur aduk. Semua itu membuat Alvita sedih. Sedih yang sangat mendalam.

Jika bukan karena Bang Dani, dia sekarang paling kuliah di Yogya saja. Bang Dani itu memang menyebalkan. Mengapa harus ada yang namanya Bang Dani? Mengapa ibu harus kenal dengan Bang Dani dan termakan bualannya. Bualan calo jasa pengiriman studi ke luar negeri.

Alvita terus menangis teseduh-seduh. Dia ingin sekali pulang ke Indonesia. Dia kangen tinggal di rumah Mbah. Walau mencuci di rumah Mbah pakai air sumur, dia tidak harus terjebak di dalam mesin laundri. Pasti sekarang juga dia sudah bisa nonton TV sama Mbah.

"Bang Dani memang sumber masalah," ujarnya pada diri sendiri. "Dasar orang bisnis, yang penting baginya cuma mendapatkan uang dari orangtuaku saja," lanjutnya sambil menyekah air matanya.

Alvita kemudian berdiri dari tempat dia duduk. Dia meraih hp di meja. Dengan cepat jemarinya mengetik dan mengirim pesan ke Dani.

*Bang Dani, aku mau pulang ke Indonesia besok.*
*Terserah Abang mau berbual apa lagi sama mami.*
*Aku akan beli tiket dan pulang. Aku tidak mau Abang mengatur-atur hidupku lagi.*

Alvita kemudian mengambil semua pakaiannya dari lemari dan memasukkannya ke dalam koper. Setelah selesai dengan kopernya, dia kemudian keluar kamar.

"Aizhan, aku sekarang benar-benar perlu bantuanmu," ujar Alvita.

"Iya Vita, aku pasti membantumu. Apa yang bisa aku lakukan?" tanya Aizhan sambil mendekat ke Alvita.

"Bantu aku untuk mencari tiket untuk pulang ke Indonesia ya?" tukas Alvita.

"Kamu mau pulang? Ada masalah dengan orangtuamu Vita?" tanya Aizhan penuh rasa ingin tahu.

"Tidak Aizhan. Orangtuaku baik-baik saja. Aku ingin pulang dan kuliah di Indonesia saja. Kuliah di Yogja dan tinggal dengan mbahku," ujar Alvita dengan penuh percaya diri.

"Kamu yakin dengan apa yang akan kamu lakukan Vita?" tanya Aizhan.

"Aku yakin sekali, Aizhan. Aku pasti akan kangen sekali dengan kamu. Tapi aku tidak mau terus membiarkan orang lain mengatur jalan hidupku," jawab Alvita dengan penuh keyakinan.

"Baiklah Vita, aku akan membantumu. Aku bisa lihat rasa rindumu dengan Indonesia dari raut wajahmu. Walau aku akan merindukanmu, aku lebih senang jika kamu bahagia," ujar Aizhan.

"Iya Aizhan. Kalau kamu ke Yogja, kasih tahu aku ya. Aku akan bawa kamu jalan-jalan dan tentu saja mengenalkanmu dengan mbahku," kata Alvita.

"Baiklah, mari aku bantu kamu membeli tiket kepulanganmu," kata Aizhan sambil menggandeng tangan Alvita.

Dengan mantap Alvita melangkah masuk ke kamar bersama-sama Aizhan. Dalam bayangan Alvita sudah ada wajah Mbah yang penuh rasa senang menyambut kedatangannya. Hangatnya pelukan Mbah. Duduk menemani Mbah nonton TV. Merawat tanaman di kebun Mbah. Dan tentu saja hangatnya mentari Yogja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun