Mohon tunggu...
Alam TukhotMakabe
Alam TukhotMakabe Mohon Tunggu... Mahasiswa - BIARAWAN

Biarawan dari Ordo Kapusin. Saat ini sedang menjalani program S2 Filsafat di Fakultas Filsafat UNIKA Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Etika dan Kosmologi "Halak" Simalungun

22 Februari 2023   11:41 Diperbarui: 22 Februari 2023   11:45 1962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Suber poto: budayadansejarahsimalungun.wordpress.com)

11. Dayok na Binatur

Dayok na Binatur adalah makanan khas halak Simalungun yang senantiasa digunakan dalam acara adat. Bagi halak Simalungun, ayam memiliki makna yang lebih dibandingkan dengan jenis hewan lainnya. Ayam memiliki tiga keistimewaan sehingga dijadikan sarana dalam adat. Ketika mengerami telurnya ayam rela menahan diri untuk tidak makan. Ayam juga akan senantiasa melindungi anak-anaknya dalam sayapnya dan pada jam yang sama selalu berkokok tanpa mengenal hari dan musim.

Penggunaan ayam dalam sarana adat hendak menggambarkan keeratan hubungan kekeluargaan yang ada dalam masyarakat Simalungun. Untuk itu segala sesuatu harus dibicarakan secara kekeluargaan. Setiap orang bertanggungjawab terhadap anggota yang lain serta selalu berhati-hati dalam bertindak. Kesalahan yang dilakukan akan berpengaruh terhadap kesatuan kelompok. Konsekuensinya halak Simalungun menjadi orang yang kaku, lamban, dan kurang berani mengambil keputusan serta resiko. Seperti  halnya ayam, halak Simalungun selalu melindungi dan berkorban bagi anak-anaknya. Namun terkadang perhatian itu telalu berlebihan sehingga menimbulkan efek yang kurang baik. Anak menjadi tidak mandiri dan kurang mampu bersaing dengan orang disekitarnya. Tidak heran jika halak Simalungun lebih suka tinggal dikampung daripada merantau.

12. Penutup

Paham kosmologi halak Simalungun menyatu dalam konsep religinya. Dunia dibagi menjadi tiga yakni nagori atas sebagai tempat bermukimnya Naibata, nagori tongah tempat manusia hidup, dan nagori toruh tempat roh-roh hidup. Manusia yang hidup di banua tongah senantiasa dipengaruhi oleh dua kekuatan dari nagori atas dan nagori toruh. Jika manusia lebih condong ke nagori atas maka hidupnya akan menjadi baik dan sebaliknya.

Naibata merupakan Tuhan yang bijaksana dan adil, yang menghukum manusia seturut perbuatannya. Namun untuk dapat berkomunikasi dengan Naibata, manusia membutuhkan perantara. Untuk itulah manusia membutuhkan sumagot dan sinumbah. Melalui sumagot dan sinumbah, Naibata menyampaikan nasehat dan berkatnya kepada manusia. Untuk memanggil roh-roh tersebut manusia melakukan upacara pemujaan roh nenek moyang. Kegiatan itu dilakukan dengan makan bersama dan tortor. 


Selain menyampaikan nasehat, berkat, roh-roh nenek moyang tersebut juga akan memberitahu dan mengungkapkan segala kejahatan pada keturunannya. Oleh karena itulah, halak Simalungun tidak ingin berbohong dan selalu ingin hidup baik serta jujur.

Naibata yang adil, jujur, dan benar menginginkan manusia berlaku hal yang sama. Untuk itu melalui cerita pertempuran antara Sang Ma Jadi (putra mahkota kerajaan Nagur) dan putra mahkota kerajaan Samidora, Sang Ma Jadi, Naibata melalui perantaraan Nanggordaha (burung Garuda), Naibata menyerukan "habonaron do bona". 

Dengan seruan itu halak Simalungun diminta diharapkan agar berpandangan yang benar, memiliki niat yang benar, berbicara yang benar, bertindak yang benar, berprinsip yang benar, berpikir yang benar, dan hidup dengan benar. Sejak saat itu nilai kehidupan itu senantiasa diajarkan dan diwariskan kepada setiap generasi.

Falsafah habonaron do bona meresap ke dalam diri halak Simalungun dan secara tidak langsung membentuk kepribadian dan sifat-sifatnya. Orang Simalungun dituntut untuk menjungjung tinggi nilai-nilai kebenaran. 

Kebanaran itu menuntut sikap ke hati-hatian. Akibatnya mereka sering hanya berhenti pada taraf ide dan kurang dalam pelaksanaan. Niat untuk mencoba hal yang baru kurang. Orientasi lebih diletakkan pada kesulitan daripada peluang. Tantangan itu mengurungkan niat untuk berusaha menjadi yang terbaik. Sikap kehati-hatian itu membuat mereka takut untuk berbuat kesalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun