Mohon tunggu...
Akwila Chris
Akwila Chris Mohon Tunggu... Freelancer - Fotografer Lepas

Tertarik dengan dunia kepenulisan dan visual storytelling.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Foto: Merasakan Sebuah Kekalahan Semu

9 Juni 2022   17:29 Diperbarui: 9 Juni 2022   19:50 1286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam tahapan ini si pembaca akan mendapat sedikit kejutan yang akan membuatnya terpantik akan suasana atau perasaan tertentu, bisa sukacita maupun dukacita. 

Seperti saat melihat foto mantan kekasih yang sedang memakai baju batik tadi, seketika si pembaca dibuat berhenti dan terus memandangi baju batik yang dikenakan mantan kekasihnya dalam foto itu.

Seketika pula ia mulai teringat akan pengalaman referensialnya akan baju tersebut dan mulailah ia bertanya, "bukan kah baju batik itu adalah hadiah dariku dulu? Mengapa ia masih mau memakainya?" 

Tahap ini seakan membawa kita pada waktu tertentu yang sudah berlalu, yang dulu, waktu dimana si pembaca pernah memberikan sebuah baju batik kepada mantan kekasihnya. Waktu yang akhirnya membangkitkan perasaan tertentu dalam dirinya dan membuatnya kalah pada waktu di dalam foto.

Kekalahan yang terjadi karena waktu di dalam foto tentu tidak akan dibiarkan tetap kalah oleh Barthes. Barthes selanjutnya mengenalkan sebuah tahapan puncak, yaitu satori. Satori merupakan puncak dari sebuah perbincangan antara si pembaca dengan karya fotografi. Satori juga tidak terbentuk sendiri, ia dirangkai oleh tiga fase, yaitu aura, animula, dan madness.

Fase aura adalah fase dimana si pembaca foto melihat jiwa pada sebuah karya fotografi. Aura tidak dapat dibuktikan, akan tetapi ia meyakinkan, ciri terpentingnya adalah jawaban atas kerinduan si pembaca foto yang paling dalam. 

Lalu fase animula, fase ini merupakan fase yang berisi gejala dari aura yang terpancar. Objek-objek dalam sebuah karya fotografi akan dapat membangkitkan kembali kekalahan fotografi dari sesuatu yang sudah berlalu menjadi sesuatu yang nyata, yang ada disini bersama kita sekarang. 

Kemudian fase madness, fase ini merupakan fase dimana si pembaca menyadari kekuatan sebuah karya fotografi yang mana si pembaca berani menanggung segala esensi sebuah karya foto, dimana ia tidak kabur mengabaikannya tapi menyadari bahwa apa yang sebenarnya dialami dengan citra fotografi adalah sebuah halusinasi, benar dalam takaran waktu, tapi palsu dalam takaran persepsi, karena semuanya sudah berlalu. Secara eksistensial dia pernah ada, tapi secara esensial dia tidak ada.

Kekalahan yang Semu

Jika disambungkan dengan si pembaca yang memandang foto mantan kekasihnya tadi, pada tahap satori ia akan mendapati puncak suasana dari perasaan terkoyak-koyak. Perasaan terkoyak-koyak akan sebuah kerinduan, patah hati, kesendirian, hingga kesunyian yang muncul akibat pertanyaan-pertanyaan yang ditimbulkan oleh foto pada tahap punctum. Menyadari keterkoyakan tersebut, satori seakan menjadi tahap yang menyelamatkan, bahwa apa yang dialamin si pembaca pada akhirnya hanyalah sebuang bayang-bayang semata. 

Namun, saya mendapati yang terbaik dalam satori ini adalah si pembaca diajak berani menanggung apa yang telah dia pandang dengan segala suasana perasaan yang muncul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun