Mohon tunggu...
Maman Suherman
Maman Suherman Mohon Tunggu... lainnya -

jurnalis yang penulis, penulis yang jurnalis & berkeliaran pakai @maman1965

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan featured

Srimulat, Namamu Abadi!

16 Desember 2013   09:23 Diperbarui: 3 Januari 2019   11:47 4760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun1937 ia bolak-balik Surabaya – Batavia dan masuk dapur rekaman  perusahaan piringan hitam Burung Kenari, Columbia dan His Master’s Voice. Ia juga menembus Bandung, menyanyi dan membantu rombongan Wayang Sunda Panghegar Sari, dan ikut dalam pagelaran busana Bandung Cianjuran. Juga, dengan Orkes kembang Seruni yang diminta nyanyi di perhelatan nikah yang dihadiri petinggi keraton dan Belanda.

Namanya pun melambung. Saking terkenalnya, tak jarang pengundangnya memasang spanduk: ‘’Sugeng Rawung Wara Srimulat’’ untuk menyambut kehadirannya. 

Ia terus bergerak dari nyinden, wayang orang, wayang golek, ketoprak dan grup musik lainnya di berbagai pasar malam. Ia kemudian menikah dengan penggemarnya, RM Suwandi.

Tapi, pernikahan tak lama, karena akhirnya tahu kalau ia berstatus sebagai istri kedua, sesuatu yang ia sendiri tentang.

Tapi, duka itu tak menghentikan langkahnya. Ia terus berkarier, menjadi penari di wayang orang, pesinden di pentas wayang golek, penyanyi di pentas musik.

Lalu 1941, ia menikah lagi dengan penggemarnya Raden Purwohadibroto dari Besuki. Untung tidak ada infotainment yang tahu kalau sri panggung yang ayahnya saat itu sudah jadi Bupati Anom Kasunanan Surakarta, terlibat dalam ‘’garis hidup’’ kawin cerai. Ya…, Silet, Intens, Insert, Hot Shot, Was Was atau Kiss belum ada saat itu, hehehehehehe….

Twitter: @maman1965
Twitter: @maman1965
SRIMULAT banyak melakukan pembaharuan dari segi busana panggung. Ia juga tidak setuju penari perempuan memainkan sosok Arjuna, Abimanyu atau Sri Rama dengan alasan tertentu; dan mengurangi adegan bertele-tele berbentuk sekaran atau tembang dalam dialog. Ia perbanyak porsi unsur humor dalam adegan seling. Ia tuangkan semua itu ke dalam Ketoprak Wara Mulat Budoyo, miliknya (1942).  Ia sempat mendapat penentangan dari tokoh ketoprak yang juga sahabatnya, Tjokrodjio atas revolusinya yg dianggap ‘’memporakporandakan’’ kesenian ketoprak yang sudah mapan dan mantap.

Srimulat senang memainkan tokoh Srikandi, Larasati, Pergiwa, Banowati, Suminten atau Lambing Sari yg ngedan, pura-pura gila, yang mewartakan kesadaran berpikir, penggugatan diri, kebangkitan jiwa, filsafat hidup, sekaligus untuk menghantam pihak penjajah Belanda dan menyebarkan ‘’virus’’ cinta tanah air. ‘’Tokoh gila’’ ini tak mengundang kecurigaan pihak polisi intel penjajah, yang kerap menguntip berbagai pertunjukan seni. Ini sebuah gambaran bagaimana: rakyat ‘liyan’, merefleksikan dirinya, sekaligus melakukan pemberontakan.

Srimulat tak secanggih Kartini menuliskan kiprah dan pemikirannya. Untung, ia banyak diliput oleh koran dan majalah di Solo, Yogya, Semarang, Surabaya:  Terang Boelan, Darmo Kondho, Penjebar Semangat, Kedjawen, Wasita, Warnasari dll.

Dari sana juga orang tahu tentang kelompok WO Sri Darmo Wandowo, Ketoprak Wara Mulat Budoyo dan Sandiwara Jawa Srimulat, cikal bakal lahirnya ‘’Srimulat’’ yg kita kenal seperti sekarang ini.

Srimulat juga pernah main dalam Ketoprak Krido Carito milik Nyonya Tan Ing Nio,  lalu ditarik Fred Young masuk rombongan Sandiwara Bintang Soerabaja, di mana ia kerap memerankan tokoh-tokoh kocak jenaka bersama Kuntjung, pasangan mainnya yang piawai melawak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun