Mohon tunggu...
Ika Maria- (Pariyem)
Ika Maria- (Pariyem) Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Melesat dari kenyamanan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kecil Menyegarkan!!!

24 September 2010   07:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:00 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_267888" align="alignleft" width="224" caption="uap air (iko lensa)"][/caption]

Saat dalam perjalanan pulang dari sayegan menuju mrican sungguh menyenangkan. Ijo royo-royo memang selalu mampu menarik mata dan seluruh tubuh untuk berhenti melangkah sejenak. Jauh disana terlukis jelas tubuh gagah gunung merapi dan sedikit asap mengepul putih. Bak menembus langit yang membiru.

---

“Tante ayo ayunan? Kata rama mengajakku.

Mau ayunan sendiri apa sama tante berduaan? Tanyaku sambil memegang ayunan yang terbuat dari ban motor berikat pinggang setengah dari tali rapiah.

Sendirian aja rama tante.. jawabnya sembari putar-puter ayunan.

“Ya sudah sini, sudah nyaman duduknya? Tanyaku lagi.

“Sudah tante, yang keras ayunnya”, pinta dia yang sedang panas badannya.

Waduh, jangan keras-keras, pelan aja ya rama. Kan rama lagi sakit nanti kalau tambah sakit terus masuk angin gimana. Kalau sudah sembuh na baru boleh keras main ayunannnya, sok nasehati si rama.

Iya tante, sambil manggut-manggut kepalanya.

Kemudian saya duduk di lincak yang terbuat dari kayu gelondongan di samping ayunan itu dan mematahkan ranting kecil yang ada di lincak. Tiba-tiba rama menegurku dengan wajah yang sedikit serius bak orang menasehati.

Tante, jangan ah kotor (dibaca seperti anak kecil yang belum bisa bicara R tapi rL) itu”, ceplos kata-kata itu dari mulutnya yang sedang terasa pahit ketika makan.

Kaget sih, ni anak kecil malah ngajarin aku untuk tidak mematahkan ranting kecil sepanjang 20 cm dan berdiamter tidak lebih dari 1.5 cm.

Iya dech rama, rama pinter deh,wah gaya ni rama marahin tante ”, pujianku untuk kata-katanya tadi.

Dia masih asyik berayun-ayun sambil memandang kedepan. Dedaunan yang berserakan mulai berubah warna coklat legam.

---

Terkadang yang kecil mampu mengajarkan yang tidak disangka. Dibandingkan yang besar malah menjerumuskan. Embun, kecil terlihat menyegarkan mata yang tertempel di dedaunan padi muda. Tetapi, ketika embun berubah jadi air dalam skala besar yang berlari tanpa arah akan membuat banjir. Oh,, semalam perempatan janti, belokan akan ke babar sari, mengapa banjir. Hampir menenggelamkan lututku. Semoga esok tak terjadi lagi, air mengalirlah ke pori-pori tanah bumi Jogja ya. Mari memberi ruang luas untuk sang mulia "air" agar bisa bernafas seperti manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun