Dinner berempat dalam sebuah Lesehan Bakso Mas Kuri. Akhirnya, aku dikenalkan oleh pacar Ca. Namanya, Pipit. Gadis remaja yang memiliki dua lesung pipi di kiri kanannya. Bagaimana mungkin Ca sanggup berpaling?
Mas Amar dengan Ca mengobrol soal kesibukan mereka sehari-hari. Aku dengan Pipit, membahas tentang di mana aku mengenal Ca. Pipit bilang padaku, kata Ca, "Kamu, asyik orangnya Darsi. Pantas saja, Ca sering membicarakan soal kamu. Aku kadang cemburu tahu." Aku tertawa mendengar pengakuan pacar Ca.
Sepertinya Ca tidak mendengar pengakuan Pipit. Mungkinkah ada sedikit rasa di hati Ca untukku. Sama seperti yang aku rasakan ketika berada di dekatnya. Jantungku meletup-letup tidak karuan. Rasa yang tidak perlu diungkapkan. Namun, dengan tindakan, orang lain pun bisa mengerti cara kami saling memandang.
Ternyata itu menjadi pertemuan terakhir aku dengan Ca. Sifat posesif Mas Amar kembali muncul ke permukaan.Â
"De, hapus nomor Ca. Mas nggak suka kamu berhubungan dengan laki-laki lain. Minggu depan Mas mau melamarmu," tegas Mas Amar. Aku menunduk sedih.Â
Harusnya aku bahagia dengan cara dia cemburu. Tindakannya membuatku merasa tidak nyaman. Aku turuti kemauan Mas Amar. Aku berhenti mendengarkan radio. Belajar melupakan Ca bertahun-tahun lamanya.Â
Hingga akhirnya aku dengan Mas Amar menikah. Kenangan bersama Ca tidak pernah bisa aku lupakan dari ingatan. Dalam hati kecilku bertanya, "Apakah Ca masih mengenal dan mengingatku?" Entahlah.
***
Pemalang, 8 Desember 2022
#RadioBerhentiMengudara
#KenangandanRindu