Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membuka Kartu Kuning Luwik

16 Agustus 2022   09:11 Diperbarui: 16 Agustus 2022   09:17 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kau tahu Luwik, wanita itu selalu berpikir lamban," kata Sandi dengan menyembulkan asap rokok ke langit-langit atap.

Luwik mengalihkan pandangannya keluar jendela yang buram. Musim dingin membuat kaca sedikit berembun. Pria itu sudah memperingatkan Sandi untuk berhenti merokok.

Efek asap rokok yang terhirup dan masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan paru-parunya mengalami radang, bronchitis, pneumonia. Selain itu Dr. Frans pernah menjelaskan tentang bahaya dari zat nikotin yang menyebabkan kerusakan sel-sel dalam organ paru-paru yang bisa berakibat fatal bahkan ayahnya tewas karena mengidap penyakit kanker paru-paru. Oleh karena itu, sejak remaja Luwik sama sekali belum pernah mencobanya.

Namun, Sandi lebih memilih membahas obrolan lain.

"Belum tentu, San. Kau hanya membahas pikiran Larisa yang tak pernah sepemikiran denganmu. Atau selama ini kau sering menemui tipe_"

"Memang faktanya seperti itu, Luwik." Potong Sandi.

Pria berjanggut tipis menelan ludah. Meskipun Luwik belum pernah menjalin hubungan terikat cincin. dia sudah mempelajari kelemahan wanita dari beberapa buku koleksinya.

"Oke, tetapi sebelum itu. Kau harus tahu ini, San. Kebanyakan wanita membuat keputusan berdasarkan perasaan dan emosi terlebih dahulu, dan logika kemudian. Hal ini membuat keputusan-keputusan beberapa wanita menjadi terlihat tidak realistis."

"Sama saja, Luwik."

Sandi membenarkan opini Luwik semacam artikel segar di luar kepala yang pada intinya sama. Pertengkaran semalam dengan Larisa membuat Sandi memilih singgah di kediaman Luwik.

seperti yang sudah-sudah setiap menemui masalah, Sandi memilih kabur untuk menginap beberapa hari di kediaman Luwik.

Dia memang pecundang. Bagi Sandi mengalah sejenak lebih baik ketimbang berdebat yang tak menemui ujung. Perempuan selalu merasa dirinya paling benar. Mencintai Larisa adalah sebuah pilihan.

"Luwik, kapan kau akan menikahinya?"
 
Luwik berdehem, "Ayolah, San. Bisa kita lebih santai mengganti topik lain selain ini. seperti Penyerang dari liga setara Luis Suarez milik Barcelona dengan gelontoran golnya tiap pekan. Pemain sayap kanan berbadan kecil kurus dari Aljazair itu menjelma ibarat Lionel Messi."

Sandi berpindah tempat ke meja panjang mengambil botol Bir dan menuangkannya ke dalam gelas besar.

"Pantas saja kau lebih senang sendiri lalu menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menonton bola," Sandi terkekeh kemudian meneguk setengah gelas.

Sandi memang pandai membuat Luwik merenung sejenak. Dia pernah menjalin hubungan dengan wanita yang usianya lebih tua-- Vivian seorang dosen di kampusnya. Luwik kira akan menyenangkan menghabiskan waktu berdua di atas ranjang. tetapi, Luwik lebih memilih wanita yang sudah berpengalaman dalam hal itu.

Luwik sempat melirik Larisa. Dan, Sandi langsung membuat pagar besi agar Luwik sulit mendekatinya.

Tanpa sepengetahuan Sandi, dia pernah mengirimkan hadiah anniversary. Larisa yang menyambut Luwik dengan pakaian super ketat. Wanita itu tengah menunggu kejutan dari kekasihnya.

Sudut matanya tampak kecewa sedangkan Luwik berhasil membujuknya-- mengatakan bahwa Sandi akan sedikit terlambat. Larisa tak memberikan kesempatan Luwik masuk ke dalam. Larisa gegas mengunci pintu tanpa mengatakan sepatah katapun.

Apartemen Luwik terdengar senyap-- segera Sandi mengambil mantel berniat keluar.

"Kau perlu mencari kesenangan di klub malam ini," Sandi menepuk bahu.

Luwik ternganga melihat punggung sahabatnya melangkah gontai.

"Jam berapa kau akan kembali?"

"Lihat nanti."

"Oke, kalau begitu biar saya yang ke sana!" Seru Luwik

Berharap Sandi menunjukkan ibu jarinya. Sahabatnya berbalik, "Bilang saja kalau kau ingin mendapat kesempatan melihat Larisa. Jika kau mau saya akan mencarikan perempuan lain yang lebih seksi."

Bagaimana mungkin Sandi bisa menebak pikirannya? dia berlalu. Luwik mengerutkan kening memaksakan tersenyum lebar untuk menutupi alibi.

Sekeras apa pun Luwik mencoba, Sandi percaya Larisa tak akan mengkhianatinya. Sebab pria itu sudah membuka kartu kuning Luwik kepada Larisa.

Seandainya Luwik tahu sebelum Larisa jatuh cinta kepada Sandi-- terlebih dahulu perempuan itu mengagumi ketampanan Luwik.

***

Pemalang, 16 Agustus 2022

Membuka Kartu Kuning, Luwik

Oleh: Aksara Sulastri

....

"Kau tahu Luwik, wanita itu selalu berpikir lamban," kata Sandi dengan menyembulkan asap rokok ke langit-langit atap.

Luwik mengalihkan pandangannya keluar jendela yang buram. Musim dingin membuat kaca sedikit berembun. Pria itu sudah memperingatkan Sandi untuk berhenti merokok. 

Efek asap rokok yang terhirup dan masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan paru-parunya mengalami radang, bronchitis, pneumonia. Selain itu Dr. Frans pernah menjelaskan tentang bahaya dari zat nikotin yang menyebabkan kerusakan sel-sel dalam organ paru-paru yang bisa berakibat fatal bahkan ayahnya tewas karena mengidap penyakit kanker paru-paru. Oleh karena itu, sejak remaja Luwik sama sekali belum pernah mencobanya.

Namun, Sandi lebih memilih membahas obrolan lain.

"Belum tentu, San. Kau hanya membahas pikiran Larisa yang tak pernah sepemikiran denganmu. Atau selama ini kau sering menemui tipe_"

"Memang faktanya seperti itu, Luwik." Potong Sandi.

Pria berjanggut tipis menelan ludah. Meskipun Luwik belum pernah menjalin hubungan terikat cincin. dia sudah mempelajari kelemahan wanita dari beberapa buku koleksinya. 

"Oke, tetapi sebelum itu. Kau harus tahu ini, San. Kebanyakan wanita membuat keputusan berdasarkan perasaan dan emosi terlebih dahulu, dan logika kemudian. Hal ini membuat keputusan-keputusan beberapa wanita menjadi terlihat tidak realistis."

"Sama saja, Luwik."

Sandi membenarkan opini Luwik semacam artikel segar di luar kepala yang pada intinya sama. Pertengkaran semalam dengan Larisa membuat Sandi memilih singgah di kediaman Luwik.

seperti yang sudah-sudah setiap menemui masalah, Sandi memilih kabur untuk menginap beberapa hari di kediaman Luwik. 

Dia memang pecundang. Bagi Sandi mengalah sejenak lebih baik ketimbang berdebat yang tak menemui ujung. Perempuan selalu merasa dirinya paling benar. Mencintai Larisa adalah sebuah pilihan. 

"Luwik, kapan kau akan menikahinya?"

 

Luwik berdehem, "Ayolah, San. Bisa kita lebih santai mengganti topik lain selain ini. seperti Penyerang dari liga setara Luis Suarez milik Barcelona dengan gelontoran golnya tiap pekan. Pemain sayap kanan berbadan kecil kurus dari Aljazair itu menjelma ibarat Lionel Messi."

Sandi berpindah tempat ke meja panjang mengambil botol Bir dan menuangkannya ke dalam gelas besar.

"Pantas saja kau lebih senang sendiri lalu menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menonton bola," Sandi terkekeh kemudian meneguk setengah gelas.

Sandi memang pandai membuat Luwik merenung sejenak. Dia pernah menjalin hubungan dengan wanita yang usianya lebih tua-- Vivian seorang dosen di kampusnya. Luwik kira akan menyenangkan menghabiskan waktu berdua di atas ranjang. tetapi, Luwik lebih memilih wanita yang sudah berpengalaman dalam hal itu. 

Luwik sempat melirik Larisa. Dan, Sandi langsung membuat pagar besi agar Luwik sulit mendekatinya.

Tanpa sepengetahuan Sandi, dia pernah mengirimkan hadiah anniversary. Larisa yang menyambut Luwik dengan pakaian super ketat. Wanita itu tengah menunggu kejutan dari kekasihnya.

Sudut matanya tampak kecewa sedangkan Luwik berhasil membujuknya-- mengatakan bahwa Sandi akan sedikit terlambat. Larisa tak memberikan kesempatan Luwik masuk ke dalam. Larisa gegas mengunci pintu tanpa mengatakan sepatah katapun.

Apartemen Luwik terdengar senyap-- segera Sandi mengambil mantel berniat keluar.

"Kau perlu mencari kesenangan di klub malam ini," Sandi menepuk bahu.

Luwik ternganga melihat punggung sahabatnya melangkah gontai.

"Jam berapa kau akan kembali?"

"Lihat nanti."

"Oke, kalau begitu biar saya yang ke sana!" Seru Luwik 

Berharap Sandi menunjukkan ibu jarinya. Sahabatnya berbalik, "Bilang saja kalau kau ingin mendapat kesempatan melihat Larisa. Jika kau mau saya akan mencarikan perempuan lain yang lebih seksi."

Bagaimana mungkin Sandi bisa menebak pikirannya? dia berlalu. Luwik mengerutkan kening memaksakan tersenyum lebar untuk menutupi alibi.

Sekeras apa pun Luwik mencoba, Sandi percaya Larisa tak akan mengkhianatinya. Sebab pria itu sudah membuka kartu kuning Luwik kepada Larisa. 

Seandainya Luwik tahu sebelum Larisa jatuh cinta kepada Sandi-- terlebih dahulu perempuan itu mengagumi ketampanan Luwik. 

***

Pemalang, 16 Agustus 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun