Mohon tunggu...
Muhammad Akmal Latang
Muhammad Akmal Latang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Melihat hidup ini dari perspektif sendiri, bukan mata orang lain

Kebaikan dan niat baik jangan dilihat darimana sumbernya !

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kepunahan Indonesia Bukan Suatu Pesimisme

20 Desember 2018   09:51 Diperbarui: 20 Desember 2018   10:04 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pidato Prabowo saat Konfernas Partai Gerindra di SICC. Gambar: GerindraTV

Pidato Prabowo Subianto pada acara Konfernas Partai Gerindra 17 Desember kemarin menuai banyak kontroversi, ada yang mengatakan Prabowo hanya menebar ketakutan, ada yang mengatakan Prabowo hanya menebar pesimisme, dan banyak lagi komentar dari pendukung petahana yang sebetulnya mereka belum paham arti dari kepunahan tersebut.

Pidato Prabowo kemarin dilontarkan bukan kepada masyarakat awam, pidato tersebut ditujukan kepada seluruh kader partai Gerindra, itulah kenapa pemilihan diksi dan analogi yang dikeluarkan tidak mudah dicerna oleh orang diluar lingkaran partai ini, mereka hanya menganggap kepunahan dalam artian yang terlalu sempit yakni binasa bagaikan hewan purba.

"Rakyat ingin pemerintah yang bersih dan yang tidak korupsi, betul? Karena itu, kita tidak bisa kalah, kita tidak boleh kalah, kalau kita kalah, saudara, saudara, negara ini bisa punah, karena elit Indonesia selalu mengecewakan, selalu gagal melaksanakan amanah rakyat indonesia.

Sudah terlalu lama, elit berkuasa puluhan tahun, sudah terlalu lama mereka memberi arah yang keliru, sistim yang salah, dan saya katakan bahwa sistim ini kalau diteruskan, akan mengakibatkan Indonesia semakin lemah, semakin miskin dan semakin tidak berdaya, bahkan bisa punah" kata Prabowo dalam pidatonya dikutip dari channel Youtube GerindraTV.

Jika dilihat secara sepintas, memang sangat menakutkan, tapi jika menggunakan logika serta tidak dipisahkan dari konteks pembicaraan, pidato tersebut justru memberikan semangat untuk para kader bekerja dengan jujur dan kerja keras untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih.

Analoginya begini, jika pada sebuah mobil yang melaju terdapat 2 orang yang bisa mengemudi, pengemudi yang tengah mengemudi saat itu ternyata ugal-ugalan, tidak mematuhi rambu lalu lintas, dan telah beberapa kali menabrak mobil lain, maka wajar jika pengemudi yang satu mengatakan ia ingin menggantikan pengemudi saat ini karena jika dilanjutkan maka akan terjadi kecelakaan yang fatal bahkan bisa berujung kematian.

Analogi diatas tidak bisa dikatakan menakut-nakuti ataupun mengancam, analogi diatas menunjukkan bahwa manusia memiliki perhitungan akan apa yang terjadi jika suatu hal yang buruk terus dibiarkan. 

Dan inilah yang dihadapi oleh bangsa indonesia saat ini, bukan penulis menakut-nakuti, tapi bisa dilihat dari pertumbuhan perekonomian yang sangat merosot jika dibandingkan dengan pemimpin sebelumnya, rupiah melemah dalam jangka waktu yang sangat singkat walaupun sebagai negara kaya hal itu tidak seharusnya terjadi, harga harga melambung tinggi disaat harga jual komoditi hasil bumi merosot.

Pidato Prabowo memang sangat ditunggu oleh wartawan dan kalangan penggoreng isu, karena kerap kali dalam berpidato ia melontarkan diksi dan analogi yang sulit untuk dipahami oleh orang awam.

Sedangkan pidato petahana dihindari oleh wartawan karena seringkali memperlihatkan ketidak cerdasan nya dalam menyampaikan pidato, walaupun dituntun oleh teks dari timnya, jadi wartawan lebih sering meliput kehidupan keluarganya atau ketika ia blusukan, karena hanya itu yang bisa mereka banggakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun