Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengembalikan Makna Jihad Melalui Pertaubatan Abu Bakar Basyir

13 Agustus 2022   23:21 Diperbarui: 13 Agustus 2022   23:30 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembali ke Pancasila - jalandamai.org

Video pernyatan Abu Bakar Ba'asyir mengakui dan menerima Pancasila sebagai dasar negara Indonesia menjadi viral di beberapa platform media sosial belakangan ini. "Dulunya saya anggap Pancasila itu syirik. Saya begitu dulu. Tetapi setelah saya pelajari selanjutnya, ndak mungkin ulama menyetujui dasar negara syirik. Ndak mungkin itu. Karena ulama itu mestinya niatnya ikhlas. Indonesia berdasarkan Pancasila itu mengapa disetujui ulama? Karena dasarnya tauhid, Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini pun pengertian saya terakhir." begitu isi pernyataan terbuka dalam video yang berdurasi 40 detik. Pernyataan tersebut sebenarnya diutarakan pada saat bulan ramadhan 1443 H menurut pengakuan Abdurrahim, putra Abu Bakar Ba'asyir.

Abu Bakar Ba'asyir akhirnya menerima Pancasila setelah berpuluh tahun menentang dan menganggap pengakuan terhadap Pancasila sama halnya mengingkari Islam, yang berarti dosa besar. Penerimaan Pancasila oleh beliau seharusnya berimplikasi pada hal-hal apa saja yang selama ini terdapat kesalahpahaman penafsiran yang beliau yakini sebagai sebuah kebenaran.

Contohnya saja dalam memaknai jihad. kata jihad sendiri adalah sebuah usaha maksimal untuk melawan suatu hal yang bathil. Namun disalahpahami sebagai suatu sikap mengangkat senjata diarahkan kepada setiap orang yang dianggap "kafir" sehingga jihad seringkali diasosiasikan dengan ekstremisme, radikalisme, dan terorisme.

Jihad sering digunakan untuk melegitimasi perjuangan atas nama agama. Jihad dimaknai sebagai aktifitas dari suatu dakwah melalui jalan kekerasan. Manusia boleh mengorbankan jiwanya dan jiwa orang lain yang dianggap musuh dan kematian itu dianggap mati syahid. Kaum fundamentalis kerap menggunakan jihad sebagai maskot gerakannya, spirit perjuangannya dan menampilkan jihad sebagai tema gerakannya dengan semangat membangun negara Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah.

Salah paham yang fatal tentang makna jihad tentu saja dapat menciderai kesucian Islam. Seiring dengan penerimaan Pancasila yang diutarakan oleh Abu Bakar Ba'asyir seharusnya dapat mengembalikan esensi jihad yang sesungguhnya, yang lebih tepat dipahami dalam pengertian moral dan spiritual. Hal tersebut dapat mengonter massifnya penyebaran konten-konten negatif di media sosial tentang jihad karena konten tersebut turut memengaruhi mindset masyarakat akan makna buruk jihad itu sendiri.

Sudah menjadi tugas kita umat muslim untuk menghadirkan Islam yang ramah, damai dan menebar rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil'alamin), dan bukan menggelorakan spirit jihad dengan jalan kekerasan.

Selaras dengan prinsip rahmatan lil'alamin sejatinya seorang muslim adalah yang dapat membawa ketenteraman untuk segala mahluk yang berada didekatnya. Rasulullah saw bersabda "sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnyabagi orang lain." (H.R. Bukhari). Marilah kita memaksimalkan potensi diri untuk dapat menebarkan manfaat sebanyak-banyaknya bagi sesama. Stop! Jangan ada lagi tindakan kekerasan atas nama agama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun