Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perkuat Literasi, Pancasila Menolak Komunisme dan Khilafah

2 Oktober 2020   23:12 Diperbarui: 2 Oktober 2020   23:18 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi Digital, jalandamai.org

Belakangan ini ramai sekali perbincangan tentang komunisme. Isu ini seringkali muncul menjelang 30 september dan hari kesaktian Pancasila. Dan pihak-pihak yang seringkali memunculkan isu ini adalah orang-orang yang punya latar belakang keagamaan. Tidak jarang mereka masuk dalam kelompok agama garis keras.

Jauh sebelum memunculkan isu komunisme, kelompok ini juga sering memunculkan isu khilafah. Konsep ini dianggap merupakan solusi dari segala ketidakpastian yang terjadi. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar.

Padahal, kalau kita belajar sejarah, Pancasila jelas-jelas menolak keduanya. Pancasila menolak komunisme dan khilafah. Terbukti pemerintah telah menetapkan PKI yang menganut komunisme dan HTI yang menganut khilafah sebagai organisasi terlarang. Seringkali kelompok ini tidak sadar, karena merasa dirinya paling benar, dan memandang pihak yang bersebarangan sebagai pihak yang salah.

Mari tidak usah saling mencari kesalahan. Tak usah pula mencari kebenaran antar keduanya. Justru semestinya keduanya, komunisme dan khilafah dilupakan. Tidak ada gunanya memperdebatkan keduanya. Mari kita diskusikan nilai-nilai yang memang lahir dan besar dari adat istiadat dan budaya masyarakat Indonesia. Dan Pancasila merupakan salah satu nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan lahir dari bumi Indonesia.

Pada titik ini memperkuat literasi menjadi hal yang sangat penting. Bisa jadi pihak-pihak yang terprovokasi komunisme dan khilafah, bagian dari pihak yang tidak kuat literasinya. Mereka akhirnya mudah percaya dan terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan tersebut. Mari belajar sejarah, bagaimana upaya para pendahulu kita untuk bisa mencapai mufakat dalam perumusan Pancasila.

Terkadang tidak habis pikir jika kelompok intoleran menyatakan Pancasila kafir dan tidak sesuai dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam. Terkadang juga tidak habis pikir, jika Pancasila dianggap tidak relevan dan diganti dengan khilafah. Mari menjadi masyarakat yang cerdas. Jangan provokasi masyarakat Indonesia dengan intoleransi. Karena intoleransi hanya akan mendekatkan diri pada radikalisme dan terorisme.

Sekali lagi, mari belajar dari sejarah dan memperkuat literasi. Sila pertama merupakan implementasi rasa syukur kita kepada Tuhan YME. Tanpa campur tangan Tuhan, Indonesia tidak akan bisa merdeka dan berkembang hingga saat ini. Karena itulah agama menjadi dasar dari segalanya. Jika landasan agamanya kuat, diharapkan juga bisa saling memanusiakan, saling menghargai, saling goton royong. Sehingga semangat persatuan bisa dijaga dengan tetap bisa berdampingan dalam keberagaman. Jika terjadi perbedaan pandangan, bisa diselesaikan secara musyawarah. Dan jika bisa melakukan itu semua, maka keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia bisa dirasakan oleh semua pihak.

Stop menghujat komunisme dan menawarkan khilafah pada negeri ini. Karena Indonesia sudah punya dasar negara, yang terbukti bisa menjadi benteng dari segala pengaruh buruk. Dasar negara itu adalah Pancasila, yang lahir dan besar dari budaya masyarakat Indonesia sendiri. Salam literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun