Mohon tunggu...
Akira Riofuku
Akira Riofuku Mohon Tunggu... Pemadam Kebakaran - Ex Philosophia Claritas

Ex Philosophia Claritas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebebasan (Vs.) Tanggungjawab Manusia

1 Desember 2021   09:02 Diperbarui: 1 Desember 2021   19:02 1953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.wya.net

Kemudian, yang ketiga, seseorang dibatasi oleh perintah dan larangan yang wajib dipatuhi. Akan tetapi, walaupun hal tersebut wajib dipatuhi, itu kembali lagi kepada diri kita masing-masing sebab ada konsekuensi yang harus diterima bila tidak menjalankannya. Artinya, pembatasan ini berkaitan erat dengan eksistensi kita.

Kemudian apakah itu kebebasan eksistensial? Kebebasan eksistensial adalah kebebasan yang berkaitan dengan eksistensi kita. Dimana dalam hal ini, kita bebas menentukan tindakan kita, menentukan diri kita sendiri. Manusia dapat menentukan sikapnya, termasuk menentukan akan mengikuti nalurinya atau tidak. Secara fisik – dalam batas kodratinya – manusia bebas untuk melakukan apapun yang dikehendakinya. 

Kebebasan fisik ini bersumber dari kebebasan rohani. Apa yang dilakukan secara fisik ditentukan oleh apa yang kita pikirkan, bukan ditentukan oleh insting seperti binatang. Apa itu kebebasan rohani? Kebebasan rohani itu bersumber dari akal budi dan olehnya kita menentukan apa yang harus kita pikirkan, kehendaki, dan bertindak. Kebebasan eksistensial ini tentulah tidak dapat dipisahkan dari kebebasan sosial. Kita dapat membedakannya, akan tetapi, kita tidak dapat memisahkannya.

Selanjutnya, apabila kita bebas, mengapakah kita harus bertanggung jawab? Hal tersebut dikarenakan manusia adalah bagian dari masyarakat, yang juga hidup di tengah masyarakat, serta ia juga menjalin relasi dengan sesama manusia. Kebebasan eksistensial seseorang harus bertemu dengan kebebasan eksistensial yang lain, dimana orang tersebut adalah bagian dari masyarakat (sosial). 

Manusia sebagai pribadi diberikan ruang kebebasan eksistensial oleh masyarakat karena adanya kebebasan sosial. Kebebasan yang diberikan tersebut harus dipertanggung jawabkan. Manusia tidak dapat lari dari tanggung jawab karena telah diberikan kebebasan. Hal tersebut tetap berlaku meskipun seseorang mengaku tidak mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukannya itu ternyata melanggar hukum.

Ada banyak orang memahami bahwa ketika kita memiliki kebebasan, maka kita juga bebas atas tanggung jawab. Hal ini tentunya adalah kekeliruan belaka. Pengertian dari kata tanggung jawab itu sendiri sebenarnya sudah terkandung dalam pengertian kata kebebasan, begitu juga sebaliknya.(4) Saat memiliki kebebasan, saat itu pula harus bertanggung jawab.

Selanjutnya, apakah yang dimaksud dengan tanggung jawab? Tanggungjawab berarti, seseorang mampu memberikan suatu penjelasan atau jawaban atas apa yang telah dilakukannya, tanpa dapat menghindar. Seseoang harus memberikan penjelasan atau jawaban ketika ia menjadi penyebab terjadinya sesuatu, baik secara langsung maupun tidak langsung. K. Bertens dalam bukunya Etika,(5) menuliskan bahwa tanggungjawab dibedakan menjadi dua, yaitu tanggungjawab retrospektif dan tanggungjawab prospektif.

Apakah itu tanggungjawab retrospektif? Tanggungjawab retrospektif adalah tanggungjawab yang harus diterima saat perbuatan tersebut terjadi. Misalnya orang dalam pengaruh minuman keras sedang mengemudikan kendaraan, kemudian menabrak kendaraan lain dan mengakibatkan kecelakaan beruntun yang menyebabkan kematian. Saat itu juga orang tersebut harus bertanggung jawab.

Lalu, bagaimana dengan tanggungjawab prospektif? Tanggungjawab prospektif adalah tanggungjawab atas perbuatan yang akan dilakukan. Misalnya seseorang akan melakukan pembunuhan berencana, dalam hatinya sudah ada tanggungjawab, namun baru akan dipertanggungjawabkan secara hukum negara ketika ia ketahuan dikemudian hari.

Kemudian, dalam tanggungjawab, siapakah yang harus menerima penjelasan atau jawaban tersebut? Penjelasan atau jawaban tersebut, harus diberikan kepada dirinya sendiri, kepada masyarakat dan Tuhan.(6) Orang yang tidak mau mempertangungjawabkan perbuatannya, dapat dikatakan tidak mengerti arti kebebasan yang sebenarnya. Kebebasan bukanlah suatu hak untuk berbuat semena-mena mengikuti hawa nafsu atau nalurinya. 

Jika seseorang berbuat semena-mena mengikuti hawa nafsu dan nalurinya, J. Sudarminta dalam bukunya Etika Umum, mengatakan bahwa orang tersebut mencita-citakan hidup yang tidak lebih dari taraf hewan.(7) Orang yang bersedia bertanggungjawab, sesungguhnya semakin kuat dan bebas.(8) Sesuai etimologinya, arti dari kebebasan yang sejati adalah kebebasan yang didalamnya terkandung makna untuk bertanggungjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun