Mohon tunggu...
Akhmad Rozi
Akhmad Rozi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bertutur sapa, berbagi pengetahuan. \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sensasional Soekarno Award

30 Juli 2015   22:26 Diperbarui: 12 Agustus 2015   03:59 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dikelilingi gadis-gadis. REUTERS (dari Tempo.co)"][/caption]Agak terkejut rasa-rasanya. Bila Pemimpin Korea Utara Kim Young Un harus dianugerahi penghargaan dari suatu komunitas yang berada di negara yang tidak menganut sistem pemerintahan sebagaimana dijalankan oleh rejim pemerintahan Korea Utara saat ini. Bila komunitas di dalam negerinya, apalagi para loyalisnya, yang memberikan penghargaan tentulah tidak menimbulkan keheranan yang berarti. Apalagi terkejut. Sudah sepantasnyalah kira-kira.

Tersebutlah sebuah lembaga yang berkedudukan di wilayah hukum Indonesia yang bernama Yayasan Pendidikan Soekarno yang akan memberikan penghargaan kepada Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Mahkota “Soekarno Award’ akan disematkan kepada nomor satu di Korea Utara itu. Kim Jong Un dinilai gigih melawan imperialisme sejalan dengan pikiran Soekarno yang anti Neo Kolonialisme Imperialisme.

Peran heroik apa yang sebenarnya yang dilakukan oleh Pemimpin Korea Utara itu yang bisa kita tangkap atau setidaknya diberitakan yang menjadi manifestasi sebagai perlawanan masif terhadap imperialisme dan kolonialisme. Langkah-langkah apa saja yang sudah dimainkan sehingga itu bisa dijadikan alasan sebagai pengejawantahan pemikiran Soekarno. Terutama pemikiran-pemikiran yang dimainkan Soekarno dalam percaturan politik dunia di zamannya melawan imperialisme dan kolonialisme

Kita malah sebelumnya pernah terkesima (bukan takjub, tapi setengah tidak percaya), dengan apa yang terjadi dengan diri Pemimpin Korea Utara itu. di jaman sekarang ini, seorang Pemimpin sebuah negara membentuk sebuah pasukan yang disebutnya sebagai “pasukan kenikmatan”. Berburu gadis ke desa-desa, merekrut wanita cantik untuk dijadikan sebuah pasukan pemuas hasrat.

[caption caption="Hyon Song Wol (mantan pacar Kim Young Un) yang berprofesi sebagai penyanyi (Gb:morandisco wordpress)"]

[/caption]

Kabar sebelumnya pun cukup sensasional (tepatnya: mengerikan?) ia diberitakan: mengeksekusi mati mantan pacar sampai membunuh bibinya. Hyon Song Wol (mantan pacar Kim Young Un) yang berprofesi sebagai penyanyi ditembak mati di depan keluarganya karena dianggap terlibat skandal film porno. Kim Jong-Un dikabarkan juga telah mengeksekusi 80 orang hanya karena mereka menonton drama televisi yang diselundupkan dari Korea Selatan. Dua pejabat senior dihukum mati karena tidak menjalankan perintah untuk menyerahkan kendali mereka atas sebuah bisnis.

Dan dapat diyakini pastinya bukan karena sepak terjang nan sensasional plus mengerikan itu, Kim young Un patut dianugerahi penghargaan. Karena perilaku dan langkah-langkah sensasional seperti itu sangat jauh dan bertolak belakang sangat amat dengan pemikiran Soekarno. Tetapi, dimana titik temu dan relevansinya terhadap spirit melawan imperialisme dan kolonialisme dengan apa yang ada pada diri Pemimpin Korea Utara itu. Ataukah pemberitaan yang terkait heroisme darinya tertutup oleh berita sensasional seperti itu atau ditutup oleh dominiasi rejim pemberitaan dari pihak yang disebutnya sebagai imperialis dan kolonialis. Oleh karena itu dari pihak pemberi anugerah tentu dapat menjelaskan hal ikhwal apanya yang disebut sebagai perlawanan.

Soal pengejewantahan pemikiran perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme, sebenarnya di dalam negeri pun bisa banyak menemukan sosok yang konsisten memegang teguh pemikiran Soekarno. Katakanlah pidato Prabowo Subianto yang beberapa kali dengan gamblang “menyerang” neoliberalisme, dapat dilihat jelas keberpihakan posisinya melawan kolonialisme dan liberalisme. Ataupun sikap Presiden Jokowi saat pembukaan Konferensi Asia Afrika (2015), sangat lugas: menolak ketidakadilan, menentang segala bentuk imperalisme. Mengapa tidak mereka saja yang mendapat anugerah. Atau yang lainnya. Ada apa ya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun