Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Untuk Indonesia Yang Lebih Baik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bukan Pekerja Kantoran

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Berlayar dalam Gelombang Pandemi

5 Agustus 2020   10:28 Diperbarui: 5 Agustus 2020   10:37 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ABK PELNI Melayani Menggunakan APD (Dok.Pelni)

Sejak terjadi wabah corona akhir 2019 lalu di Wuhan, Tiongkok, virus corona terus merembet ke negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Dampak virus mematikan itu dahsyat, melumpuhkan kegiatan ekonomi, keagamaan,  social,  hampir semua terhenti.

Pemerintah di banyak negara memilih lockdown, menutup diri dari dunia luar untuk mencegah penyebaran penyakit corona. Dengan menutup diri, tingkat bepergian orang dan pengiriman barang dari satu negera ke negara lain terhenti. Kunjungan antar daerah, antar pulau juga tak bergerak. Tanpa pergerakan orang, perusahaan transportasi udara, laut, darat dan kereta api semua calaps terutama untuk angkutan penumpang.

Hanya dalam hitungan bulan, perusahaan transportasi kelas dunia semcam Emirat, mulai kesulitan keuangan. Makin tingginya biaya operasi dengan penerapan protokol kesehatan makin membebani perusahaan. 

Terlebih  pembatasan penumpang untuk jaga jarak membuat pemasukan seret. Pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan menjadikan  bisnis angkutan tidak lagi menjajikan. Bahkan bila dipaksakan beroperasi akan rugi dan bangkrut.

Untuk menghindari kebangkrutan,  beberapa perusahaan penerbangan melakukan PHK. Garuda Indonesia, LION, Air Asia telah mem-PHK ratusan, bahkan ribuan orang. Sementara perusahaan otto bus juga tak mampu beroperasi. Bus, sopir, kondektur, kernet semua nganggur.

PT. Pelayaranan Nasional Indonesia (Persero)-PELNI sebagai perusahaan negara untuk menjalani penugasan jasa transportasi laut antar pulau merangkai nusantara juga terkena imbas. 

Penutupan pelabuhan oleh pemerintah daerah telah memaksa kapal-kapal pengangkut penumpang harus parkir atau porstay. Akibat 26 kapal penumpang trayek nusantara dan 46 trayek kapal perintis dalam beberapa bulan  tidak beroperasi, pendapatan perseroan juga berkurang.

Meskipun tidak operasional, biaya operasi kapal tetap harus keluar, pasalnya kapal yang parkir masih butuh listrik untuk penerangan, masak, AC dan  untuk  kegiatan ABK yang portstay di tengah laut. Transportasi laut berbeda dengan transportasi darat, di mana ketika parkir mesin bantu kapal tidak boleh dimatikan.

Beruntung PELNI tidak hanya melayani angkutan penumpang. Sejak tahun 2015 silam, perusahaan yang berdiri pada 28 Apil 1952 ini telah memulai bisnis angkutan barang dengan kapal barang. 

Bermula dari penugasan pemerintah untuk tol laut, PELNI membeli 9 kapal container berbagai tipe. Pemerintah juga membangun beberapa kapal tol laut dan kapal ternak, PELNI ditunjuk menjadi operator kapal tol laut dan kapal ternak.

Selain memiliki kapal barang, PELNI juga memiliki kapal penumpang yang bisa mengangkut barang, baik dalam container maupun kargo dalam bentuk paket. KM. Ciremai, KM. Dobonsolo, KM. Gunung Dempo, KM. Egon merupakan kapal multi fungsi bisa mengangkut kendaraan, container dan penumpang dalam satu perjalanan, kapal 3in1.

Pelayanan Sesuai Protokol Kesehatan (Dok. Pelni)
Pelayanan Sesuai Protokol Kesehatan (Dok. Pelni)
Berlayar dalam gelombang pandemic, PELNI masih tertolong oleh kapal-kapal barang, kapal tol laut, kapal ternak, kapal Roro serta kapal 3in1. Dalam semester I tahun 2020, angkutan kargo naik 300 % dari tahun lalu. Meskipun ada kenaikan volume barang,  pendapatan dari kargo Cuma 5 % dari pendapatan total perseroan. Sisanya 95 % pendapatan dari penugasan pemerintah berupa PSO dan subsidi.

Bila virus tak mampu dicegah, dalam beberapa tahun ke depan tatanan ekonomi dunia makin suram. Resesi akan menyentuh semua Negara. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia harus siaga resesi. Siaga krisis yang akan kita alami bersama. Perseroan yang sudah menginjak 68 tahun ini terus mencoba bertahan agar pelayanan bisa berjalan.

Diatur jaga jarak di dalam kapal (Dok. Pelni)
Diatur jaga jarak di dalam kapal (Dok. Pelni)
Melayarkan kapal masa pandemic berisiko. Disamping biaya operasi membengkak dengan penerapan protokol kesehatan,  pendapatan juga turun. Kewajiban jaga jarak mengurangi space bagi penumpang, secara ekonomi biaya operasi naik, pendapatan turun, tentu akan rugi. 

Meski begitu tugas utama perseroan adalah tugas Negara untuk merangkai nusantara menyatukan Indonesia,  harus terus tanpa henti. Nusantara tanpa kapal-kapal PELNI menjadi seperti mati. Pergerakan kapal, buruh, dan sejumlah pedagang di pelabuhan tak bergerak bila PELNI tak beroperasi.

Untuk merangkai nusantara kapal penumpang mulai beroperasi bertahap. Diawali 6 armada pada pertengahan Juli lalu, pada Agustus 2020 ini PELNI mengoperasikan 9 kapal. Sebagai upaya memaksimalkan armada, PELNI menerima pengiriman paket dalam kemasan 25, 50 kg hingga tak terbatas. Paket ini diangkut kapal penumpang dan menjangkau hampir separoh nusantara. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun