Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Psikologi Predator Seksual

24 Desember 2021   15:14 Diperbarui: 27 Desember 2021   11:43 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekerasan seksual | Sumber: Shutterstock

Penegasan kekuasaan paling jelas dalam serangan seksual dan pemerkosaan di mana pelaku secara paksa mengambil "kepemilikan tubuh" dari targetnya. Artinya, kejahatan seksual kepada perempuan dianggap masalah penaklukan/kontrol laki-laki kepada perempuan, tidak ada hubungannya dengan seks.

Meskipun sempat menjadi arus utama paradigma kekerasan seksual, pendapat Brownmiller tersebut telah dipatahkan oleh Don Symons dalam The Evolution of Human Sexuality (1979). 

Symons meninjau bukti forensik yang menunjukkan bahwa korban, sebagai suatu kelas, kemungkinan besar adalah perempuan muda yang menarik secara fisik. 

Di sisi lain, banyak pelaku kejahatan seksual adalah laki-laki muda yang kurang beruntung dan dianggap tidak ideal bagi sebagian besar perempuan.

Dua arus besar paradigma tersebut membuktikan bahwa kekerasan seksual cukup rumit. Pendapat pertama masih bisa kita lihat kebenarannya, bahwa kebanyakan kejahatan seksual dilakukan oleh laki-laki yang memiliki 'relasi kuasa' dengan korban, seperti pacar, orangtua, guru, dosen dan lainnya. 

Namun para evolusionis juga benar, bahwa sebagian besar korban kejahatan seksual perkosaan adalah mereka para perempuan muda dan menarik secara seksual. Itu berarti, kejahatan seksual tidak bisa dilihat hanya dengan motif tunggal.

Selain dominasi patriarki dan pengelolaan hasrat seksual, jangan lupakan pula pengaruh dan konstruksi sosial. Kita semua memiliki ciri dan kecenderungan biologis, tetapi apakah, kapan, dan bagaimana kita bertindak terhadapnya seringkali dibentuk oleh konteks sosial dan identitas sosial. Misalnya, biologi menentukan apa yang bisa kita makan. Tetapi masyarakat memutuskan apa yang akan kita makan.

Psikologi Predator Seksual

Tidak jarang kita terheran-heran saat melihat atribut pelaku kejahatan seksual. "Masa iya, orang kayak gitu," adalah ekspresi singkat kita saat melihat seseorang yang kita anggap baik-baik saja. Entah itu dalam tampilan fisiknya (atribut protagonis), pekerjaannya, dan level pendidikannya. Kita lupa bahwa mereka punya kuasa akan korbonnya.

Seperti pemangsa lainnya, kejahatan seksual seringkali adalah tentang kekuasaan, lebih dari apapun. 

Guru, orangtua, atasan, pacar, suami, adalah posisi yang memungkinkan orang melakukan dominasi, karena budaya kita meletakkan kekuasaan padanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun