Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengendalikan Ketakutan

8 April 2020   16:36 Diperbarui: 8 April 2020   16:42 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diadopsi dari https://wpta21.com/

Virus Vs Ketakutan 

Karena jangkauan global dan sifat instan dari media modern, penularan ketakutan menyebar lebih cepat daripada virus berbahaya yang bahkan tidak terlihat. 

Hanya dengan mengamati atau mendengar orang lain yang ketakutan kita akan tertular ketakutan tanpa harus mengetahui apa yang menyebabkan orang lain ketakutan. Bahkan mungkin ketakutan kita menyebar lebih jauh lagi.

Larinya rusa demi menyelamatkan hidupnya ternyata hanya mengikuti salah satu anggota kelompoknya yang melihat langsung bahaya (predator). Hal ini cukup untuk menggerakkan keseluruhan kelompknya. 

Kelompok dalam hal ini kemudian mengambil alih teror individu untuk bertindak sama dan sesuai. Manusia juga sama, sangat sensitif terhadap kepanikan atau ketakutan yang diungkapkan oleh sekelompok manusia lainnya.

Dalam otak, struktur yang memiliki kemampuan untuk merespon ketakutan berada pada serat yang menghubungkan belahan otak kanan dan otak kiri. Neuroscience menyebutnya sebagai anterior cingulate cortex (ACC). 

Gampangnya, ACC kita menyala saat takut. Alarm dari ACC kemudian direspon amigdala untuk memerintahkan kita bertidak menyelamatkan diri. Penularan ketakutan terjadi begitu saja secara otomatis dan tidak sadar, sehingga akan sulit untuk benar-benar mengendalikannya.

Dalam lingkup kerumunan, penularan ketakutan bisa seringkali malah berakibat fatal. Lihat saja kepanikan saat konser, pertandingan olahraga atau pertemuan publik lainnya. 

Saat satu orang panik karena merasa terancam, seperti rusa, yang lainnya akan meresponnya dengan cepat. Tidak ada waktu untuk memverifikasi sumber-sumber teror, kacau. Itulah mengapa sejarah sering mencatat tragedi dari kerumunan massa.

Penularan ketakutan pada dasarnya tidak membutuhkan kontak langsung dengan sumber teror. Bahkan kita tidak pernah melihat secara langsung kondisi pasian yang terpapar virus. Ini adalah kabar buruknya. 

Media membanjiri masyarakat dengan informasi menakutkan. Alarm kita digugah terus menerus dengan penyebaran virus berbahaya, belum memiliki penangkal, jumlah korban terus meningkat, dan tidak tahu kapan akan berakhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun