Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melihat Kualitas Literasi Pendidikan Anak Usia Dini

11 Oktober 2017   17:06 Diperbarui: 12 Oktober 2017   09:34 5272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. SheKnows.com

Fokus dia juga terlihat sangat baik untuk memperhatikan tema-tema, asalkan tema tersebut cukup menarik bagi dia. Oleh karena itu pilihlah buku yang sesuai dengan minat anak agar terjadi proses yang disebut dialogue reading.  Dialogue reading merupakan percakapan alami tentang buku yang dibaca untuk menjelaskan, membuat anak merasa mengalami, menarik perhatian, serta meningkatkan pengalaman mereka. 

Penelitian menunjukkan data bahwa membaca dengan keras dapat membantu anak-anak membangun kosa kata, konsep, dan kecerdasan. Sepertinya kita harus memasukkan aktivitas tersebut dalam kotak chekc list untuk mengukur kualitas pembangunan literasi di PAUD.

2) Menempelkan logo huruf di sekitar ruang kelas/rumah

Menempelkan berbagai media di sekitar ruang belajar adalah cara yang tepat untuk mengenalkan secara langsung dan setiap saat kepada anak-anak. Melihat label huruf, angka dan tanda baca di sekitarnya (apalagi dalam bentuk dan warna yang menarik) adalah sebuah pengalaman yang menarik bagi setiap anak. 

Mereka akan secara langsung terpapar dengan berbagai simbol aksara dan mulai mengenalinya sebagai simbol. Tugas guru (dan orangtua) kemudian adalah memberikan stimulasi yang menarik dengan menghubungkan simbol-simbol tersebut dalam kehidupan anak sehari-hari. Misalnya menggunakan kursi untuk mengenali angka 4. Guru juga bisa menggunakan kartu atau stiker yang bergambar huruf --dengan berbagaai modifikasi, untuk mengenalkan anak-anak pada aksara.

Keterpaparan berulang terhadap label akan sangat menyenangkan bagi anak-anak berusia 2 sampai 4 tahun yang memungkinkan mereka mengenali kata-kata penglihatan untuk membangun fondasi untuk membaca. Strategi ini memungkinkan AUD untuk mempelajari konsep tentang apa itu sebuah kata, membaca petunjuk saat melihat logo yang ditempel, dan bahkan menguasai dasar-dasar untuk mengeluarkan sebuah kata melalui penggunaan tindakan langsung dan teknik multisensori untuk membaca label.

Pola pengenalan aksara melalu teknik ini sangat efektif untuk membantu AUD mengenali pola guruf (decode) dan menarik minat anak-anak untuk bukan hanya mengeja, namun juga mengucapkan nama-nama benda disekitar mereka. Seperti dalam teori neurosciense yang mengatakan bahwa membaca dan mengeja melibatkan dua mekanisme sekaligus, yaitu melibatkan memori leksikal (lexical memory) saat mereka mengeja keseluruhan kata dan juga sekaligus belajar aturan fonologis subleksikal (sublexical phonological rules) saat mengkorespondensikan teks dengan suara.

3) Merancang literasi multisensor

Strategi keaksaraan multisensori meliputi bernyanyi, berbaris, seni dan kerajinan tangan, gerakan fisik, dan bahkan mencicipi. Kita bisa menggunakan salah satu atau campuran diantaranya untuk membuat anak gembira sekaligus tertarik untuk mengenali aksara. Aktivitas literasi di PAUD harus melibatkan keceriaan dalam setiap pengenalan aksara. Sebagai contoh, ajarkan anak-anak untuk mengucapkan bunyi huruf terlebih dahulu sebelum memberitahukan hurufnya. 

Anak-anak adalah tipe penggembira, sehingga butuh teknik yang melibatkan aktivitasnya secara langsung untuk mengenali aksara. Aktivitas makan, minum, mandi dan lainnya sebisa mungkin menggunakan perangkat yang melibatkan langsung penggunaan aksara seperti huruf dan angka. Atau melibatkan mereka untuk mengeja satu atau dua kata yang ada dalam buku, majalah, (petunjuk penggunaan) mainan dan lainnya.

Silahkan catat dan masukkan aktivitas multisensor sebagai indikator kualitas literasi di PAUD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun