Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melihat Kualitas Literasi Pendidikan Anak Usia Dini

11 Oktober 2017   17:06 Diperbarui: 12 Oktober 2017   09:34 5272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. SheKnows.com

Meskipun sempat reda oleh diskusi tahunan PKI, wacana tentang pendidikan berkarakter berbasis full day school (FDS) tetap saja menarik untuk dibicarakan. 

Saat berbicara di JIC dalam forum guru PAUD se-DKI, Presiden Jokowi menggulirkan angin segar bagi para pendidik usia emas ini. Presiden mengatakan bahwa akan ada alokasi dana untuk tambahan kesejahteraan guru PAUD berdasarkan payung hukum Perpres No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Pidato Jokowi tersebut ibarat titik terang bagi penantian panjang guru PAUD untuk disejajarkan dengan guru tingkat pendidikan formal.

Bagi saya pribadi, speech Presiden Joko Widodo yang menarik adalah bahwa PAUD (dan sederajat) disebut sebagai bagian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). PPK sendiri dalam Perpres disebutkan sebagai:

"Gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)"

Bagaimana dengan posisi PAUD? Keterangan lanjutan Pasal I Perpres pada poin 3 dan 5 menyebutkan bahwa PAUD dapat disebut sebagai Satuan Pendidikan Nonformal, yaitu kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal atau di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Sebutan bagian PPK bukanlah hal sembarangan yang sekarang disandang seluruh pengelola PAUD (dan sederajat) se Indonesia. Sorotan publik sudah barang lazim akan mulai mengarah pada PAUD dan pengelolaannya. Kata "karakter" yang terus menerus didengungkan saya rasa sudah waktunya untuk diurai dan diimplementasikan dalam jalur PAUD. Tulisan ini ingin mengajak pembaca untuk melihat salah satu bagian karakter yang harus terbangun sejak dini, yaitu literasi. 

Literasi dalam pemahaman lama disamakan dengan istilah melek huruf dan keaksaraan. Kita tahu hari ini literasi telah mengalami perluasan makna sedemikian rupa sebagai sebuah kemampuan dasar manusia untuk memahami, menganalisis dan mengolah informasi dalam dan untuk kehidupan. Menghargai dan mencintai buku adalah salah satu masyarakat dengan literasi yang baik. Pertanyaannya adalah bagaimana kita melihat bahwa kemampuan tersebut ditanam dan dipupuk sejak anak-anak masuk PAUD?

Setiap orang tua berbicara tentang kualitas sekolah dan mencoba menimbang dan membandingkannya sebelum memasukkan anak-anak mereka. Jamak kita melihat dan mendengar bangunan gedung sekolah sebagai faktor utama kualitas sekolah, biasanya ditambah dengan fasilitas lain dan ditunjang biaya sekolah yang wow. Sedikit orangtua yang mau turun ke sekolah dan melihat secara langsung apakah fasilitas sekolah tersebut menunjang kompetensi anak-anak mereka, terutama dalam hal literasi.

Berikut saya rangkumkan beberapa teknik yang harus digunakan untuk menstimulasi dan memberi dukungan literasi anak usia dini (AUD). Ketujuh strategi ini telah didukung teori dan dibuktikan dalam penelitian. Kita (baik sebagai orangtua ataupun sebagai guru PAUD) harusnya mulai mengecek ulang dan mengevaluasi pendekatan dan strategi yang telah kita gunakan untuk anak-anak kita.

1) Membaca dengan keras dan banyak berbicara

Guru dan orang tua sering kesulitan menemukan formula terbaik untuk menanamkan literasi dengan megenalkan buku dan menyampaikan informasi kepada anak-anak. Membaca buku dengan keras merupakan hal sederhana yang dapat menarik minat anak untuk mengetahui hal-hal dalam buku. Anak saya selalu penasaran dengan jajaran huruf dalam buku dan terlihat senang jika saya mulai membacakan buku untuknya. 

Fokus dia juga terlihat sangat baik untuk memperhatikan tema-tema, asalkan tema tersebut cukup menarik bagi dia. Oleh karena itu pilihlah buku yang sesuai dengan minat anak agar terjadi proses yang disebut dialogue reading.  Dialogue reading merupakan percakapan alami tentang buku yang dibaca untuk menjelaskan, membuat anak merasa mengalami, menarik perhatian, serta meningkatkan pengalaman mereka. 

Penelitian menunjukkan data bahwa membaca dengan keras dapat membantu anak-anak membangun kosa kata, konsep, dan kecerdasan. Sepertinya kita harus memasukkan aktivitas tersebut dalam kotak chekc list untuk mengukur kualitas pembangunan literasi di PAUD.

2) Menempelkan logo huruf di sekitar ruang kelas/rumah

Menempelkan berbagai media di sekitar ruang belajar adalah cara yang tepat untuk mengenalkan secara langsung dan setiap saat kepada anak-anak. Melihat label huruf, angka dan tanda baca di sekitarnya (apalagi dalam bentuk dan warna yang menarik) adalah sebuah pengalaman yang menarik bagi setiap anak. 

Mereka akan secara langsung terpapar dengan berbagai simbol aksara dan mulai mengenalinya sebagai simbol. Tugas guru (dan orangtua) kemudian adalah memberikan stimulasi yang menarik dengan menghubungkan simbol-simbol tersebut dalam kehidupan anak sehari-hari. Misalnya menggunakan kursi untuk mengenali angka 4. Guru juga bisa menggunakan kartu atau stiker yang bergambar huruf --dengan berbagaai modifikasi, untuk mengenalkan anak-anak pada aksara.

Keterpaparan berulang terhadap label akan sangat menyenangkan bagi anak-anak berusia 2 sampai 4 tahun yang memungkinkan mereka mengenali kata-kata penglihatan untuk membangun fondasi untuk membaca. Strategi ini memungkinkan AUD untuk mempelajari konsep tentang apa itu sebuah kata, membaca petunjuk saat melihat logo yang ditempel, dan bahkan menguasai dasar-dasar untuk mengeluarkan sebuah kata melalui penggunaan tindakan langsung dan teknik multisensori untuk membaca label.

Pola pengenalan aksara melalu teknik ini sangat efektif untuk membantu AUD mengenali pola guruf (decode) dan menarik minat anak-anak untuk bukan hanya mengeja, namun juga mengucapkan nama-nama benda disekitar mereka. Seperti dalam teori neurosciense yang mengatakan bahwa membaca dan mengeja melibatkan dua mekanisme sekaligus, yaitu melibatkan memori leksikal (lexical memory) saat mereka mengeja keseluruhan kata dan juga sekaligus belajar aturan fonologis subleksikal (sublexical phonological rules) saat mengkorespondensikan teks dengan suara.

3) Merancang literasi multisensor

Strategi keaksaraan multisensori meliputi bernyanyi, berbaris, seni dan kerajinan tangan, gerakan fisik, dan bahkan mencicipi. Kita bisa menggunakan salah satu atau campuran diantaranya untuk membuat anak gembira sekaligus tertarik untuk mengenali aksara. Aktivitas literasi di PAUD harus melibatkan keceriaan dalam setiap pengenalan aksara. Sebagai contoh, ajarkan anak-anak untuk mengucapkan bunyi huruf terlebih dahulu sebelum memberitahukan hurufnya. 

Anak-anak adalah tipe penggembira, sehingga butuh teknik yang melibatkan aktivitasnya secara langsung untuk mengenali aksara. Aktivitas makan, minum, mandi dan lainnya sebisa mungkin menggunakan perangkat yang melibatkan langsung penggunaan aksara seperti huruf dan angka. Atau melibatkan mereka untuk mengeja satu atau dua kata yang ada dalam buku, majalah, (petunjuk penggunaan) mainan dan lainnya.

Silahkan catat dan masukkan aktivitas multisensor sebagai indikator kualitas literasi di PAUD.

4) Bergembira dengan nama

Nama merupakan perangkat sederhana untuk mengenalkan aksara kepada anak, baik secara auditori maupun secara verbal. Nama disebut akan menjadi sebuah metode efektif untuk digunakan karena berhubungan langsung dengan kepribadian anak. Gunakan nama setiap anak untuk memantik rasa ingin tahu mereka terhadap aksara. Kita bisa menggunakannya sebagai lakon cerita, menggubah lagu dan menyisipkannya, menggunakannya sebagai peraga permainan dan lain sebagainya.

Sebagai salah satu atribut kepribadian, nama adalah perangkat sederhana namun sangat penting untuk memancing minat anak terhadap aksara. Silahkan masukkan teknik ini dalam daftar pengenalan literasi yang berkualitas.

5) Bergembira dengan suara

Teknik ini bisa dimulai dengan suku kata berima dan bertepuk tangan yang pada akhirnya mengarah pada belajar tentang fonem, suara yang membentuk kata-kata. Kita bisa melihat apakah lembaga PAUD berkualitas atau tidak dengan teknik-teknik sederhana yang mengenalkan anak-anak tentang konsep dasar berbahasa. Pendekatan dengan teori Vygotsky misalnya melahirkan sebuah teknik yang menggunakan anggota tubuh sebagai stimulasi untuk mengaitkan suara dengan huruf, sesuai dengan tahapan perkembangan berpikir anak.

Teknik ini mampu menyampaikan konsep abstrak seperti fonem menggunakan benda-benda konkret seperti tangan, jari, bahu, kepala dan lain sebagainya. Sekarang, silahkan anda datang ke lembagaa pendidikan anak usia dini tempat Ananda sekolah ataau akan disekolahkan. Lihatlah guru-guru disana, apakah mereka menggunakan teknik pengenalan fonem dengan benda-benda konkrit atau tidak. Apakah mereka menggunakanna dalam perpaduan suara yang menarik minat anak atau tidak. Jika iya, anda bisa menambahkan lagi satu checkuntuk mereka.  

6) Mewarna, menggambar, menulis dan membacanya Kembali

Aktivitas yang melibatkan pensil dan kertas membantu anak-anak untuk mengaktifkan sirkuit baca melalui aktivitas seni sederhana, coret-mencoret, mewarna, menggambar, dan berpura-pura menulis pada awal masa kanak-kanak. Menggambar dan menulis membantu pemula mensintesis, mengkoordinasikan, dan menerapkan semua aspek awal membaca.

Yang harus dilakukan oleh guru adalah mencoba untuk menstimulasi anak-anak untuk "seolah-olah" membaca hasil coretan, gambar, tulisan atau apapun karya anak-anak. Melakukan aktivitas membaca kembali karya mereka merupakan cara sederhana yang mampu membantu anak-anak untuk lebih fasih dalam mengucapkan kata-kata dan sekaligus terus memberikan mereka rasa penasaran akan keaksaraan.

7) Buku Penghubung Literasi

Buku penghubung literasi dibutuhkan untuk memantau kemajuan literasi anak dan sekaligus menetapkan target atau tujuan yang tepat kedepan. Praktisi PAUD dapat mengikuti model penilaian fase perkembangan keaksaraan menggunakan teori dasar perkembangan Piaget dengan mengamati bagaimana perubahan produksi tanda secara kualitatif pada anak-anak. Kita bisa mengambil sampel tulisan atau coretan anak dan mengamati respon anak dari hari ke hari terkait tanda dan simbol aksara.

Keenam aktivitas di atas dapat terus diamati dan diberikan rating untuk memantau perkembangan literasi dasar anak usia dini sampai mereka masuk pada usia anak-anak awal pada akhir kelas satu sekoah dasar.

Secara keseluruhan, ketujuh teknik di atas sangatlah fleksibel dan dapat anda sajikan secara bertahap untuk mendapatkan perhatian anak-anak tentang literasi. 

Ketujuh teknik tersebut juga harus disajikan dengan metode menyenangkan dan terus diulang-ulang secara konsisten bukan saja oleh guru dan lembaga PAUD, namun juga didukung dengan mengayakan orangtua di rumah. Artinya, kerjasama produktif antara lembaga PAUD dan orangtua sangat dibutuhkan untuk membuat level PAUD menjadi lebih berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun