Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Kita Tahu Kalau Sedang Diserang Diam-diam?

19 September 2017   13:36 Diperbarui: 19 September 2017   13:39 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari i.huffpost.com

Setiap dari kita gampang mengetahui orang tengah menyerang (agresi) secara terang-terangan. Entah itu marah, menghina, mengumpat atau malah menggunakan kekuatan fisik. Mendapati kemarahan, omelan, penghinaan, dan serangan lainnya jelas memang sangat menyakitkan, tapi minimal kita tahu siapa yang menyerang dan bagiaman kita tersakiti. 

Tapi terkadang banyak orang disekitar kita membuat kita tidak nyaman dan terancam --padahal mereka tidak terlihat menyerang, dan kita tidak tahu mengapa hal tersebut terjadi. Semisal mereka menjawab tidak tahu pada pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya dengan mudah mereka jawab. Parahnya lagi, hal tersebut terjadi berulangkali.

Jika kita sedang berada pada situasi yang tidak nyaman dan bahkan merasa terancam ketika berhadapan dengan seseorang, namun nyatanya (mungkin) orang tersebut terlihat biasa dan tetap melempar senyum kepada kita, bisa jadi kita sedang terpapar agresi pasif (passive-aggressive). Agresi pasif merupakan perilaku menyerang namun tidak tampak nyata. Agresi atau serangan jenis ini cenderung tidak terlihat, diam-diam secara tidak langsung melalui tindakan seperti penghinaan yang halus, ekspresi cemberut, terlihat bebal, atau sengaja tidak menyelesaikan tugas --meskipun sangat gampang, dan banyak hal lainnya.

Perilaku agresi pasif selalu akan bersifat implisit atau tidak langsung, sehingga kita akan sulit untuk mengenalinya, meskipun konsekuensi psikologisnya dapat kita rasakan. Mereka menyerang secara diam-diam (covertly aggressive). Seringkali kita sangat jengkel dan sebel saat pertanyaan sepele atau ajakan kita pada teman selalu dijawab "tidak tahu" atau "terserah". Atau pesan elektronik kita melalui aplikasi hanya dibaca dan tidak dijawab dengan alasan lupa dan lain sebagainya. 

Namun nyatanya kita tidak mungkin marah dengan perilaku tersebut, atau hanya sekedar memaksa mereka untuk menjawabnya. Bahkan lebih menyakitkan saat mereka menjawabnya dengan senyuman.

Pada dasarnya seorang pelaku agresi pasif selalu mencoba menghalangi keinginan subjek serangannya, mencoba memblokirnya dan berusaha menciptakaan perasaan prustrasi pada subjeknya. Mereka menyalurkan kemarahannya kepada seseorang, sehingga orang tersebut menjadi frustrasi dan marah. Sementara mereka terlihat sangat menikmati dan mengontrol kemarahan seseorang dengan hanya berkata "mengapa kamu jadi marah seperti itu?? Biasa aja kali!" Pernyataan dan pertanyaan yang membalikkan dan menyalahkan seseorang atas kemarahan yang mereka sulut.

Ilustrasi gambar dari www.aconsciousrethink.com
Ilustrasi gambar dari www.aconsciousrethink.com
Tapi bagaimanakah kita dapat mengetahui bahwa seseorang telah menyerang kita secara diam-diam? Berikut saya berikan bebapa contoh perilaku menyerang dalam diam:

1. Diam (the silent treatment)

Dalam bentuk standarnya, diam dapat kita artikan sebagai posisi tidak bergerak, atau posisi netral. Namun akan berbeda jika diam didefinisikan dalam hubungan antara orang dengan orang lain. Jika kita mengenal istilah diam itu emas, atau bahkan dalam budaya kita mengenal diamnya perawan adalah tanda kesetujuannya. Lain hal jika kita menyoal diam sebagai sebuah agresi, diam jenis ini adalah diam sebagai perilaku yang disengaja untuk sepenuhnya mengabaikan orang lain, menolak menjawab pertanyaan dari orang tersebut, dan mungkin bahkan menolak untuk mengakui kehadiran mereka.

2. Hinaan halus (subtle insults)

Sebagian besar dari kita menyadari saat kita dicemooh. Tapi penghinaan yang halus bisa lebih sulit dikenali daripada yang secara terbuka. Banyak oarng terlihat memberi pujian pada orang lain, namun sejatinya hal tersebut adalah penghinaan yang disamarkan. Saya teringat salah satu dosen saat menyerang teman saya dengan pujian atas makalahnya saat saya masih duduk di semester kedua perkuliahan, "tugasmu bagus banget, sempurna. Kamu layak untuk ikut wisuda besok". 

Terkesan hal tersebut sebagai pujian, namun sejatinya sang dosen menunjukkan bahwa tidak mungkin pekerjaan tersebut adalah pekerjaan teman saya, melainkan tuduhan bahwa makalah tersebut adalah hasil plagiasi. Alasannya tidak mungkin mahasiswa semester dua membuat makalah seperti kualitas skripsi.

3. Bahasa tubuh seperti cemberut

Pernah melihat seseorang yang tampak muram dan cemberut padahal secara sosial (keadaan kelompok) sedang berada dalam keceriaan. Kalau penyebab mimik muka dan perilaku muram tersebut adalah masalah pribadi, hal tersebut mungkin akan jelas. Namun bila seseorang cemberut padahal secara pribadi tidak terjadi apapun, maka hampir pasti perilaku tersebut adalah salah satu bentuk agresi pasif. Perilaku cemberut sebagai bentuk agresi mungkin ditujukan seseorang untuk secara halus mengeluh tentang segala hal di sekitar mereka. Motif perilaku ini adalah menyerang secara tidak langsung dengan membuat setiap orang di sekitarnya merasa tidak nyaman tanpa mengetahui mengapa mereka merasa seperti itu.

4. Bebal dan cuek

Terkadang cuek adalah ciri seseorang yang memiliki kepribadian kuat, namun dalam beberapa situasi, cuek hanyalah cara seseorang untuk menghukum orang lain disekitarnya. Banyak diantara kita terlihat sangat cuek dan keras kepala saat mempertahankan pendapat, posisi dan juga identitas dengan argument yang baik dan logis. Akan sangat sulit mengabaikan orang jenis ini, karena punya pondasi argumen yang logis. Hal tersebut sangat normal dan jelas. Akan sangat berbeda jika perilaku cuek dan keras kepala bukan untuk membela sebuah pendapat dan identitas, namun kengototannya semata-mata hanya digunakan untuk mengganggu orang lain yang menjadi objek agresinya.

5. Sengaja tidak menyelesaikan tugas

Saya tidak sedang berbicara pada konteks anak-anak yang dengan sengaja tidak menghabiskan makanan, tidak pulang tepat waktu atau sengaja tidak mandi. Karena hal tersebut sangat berhubungan dengan gairah mereka pada usaianya. Kesengajaan tidak menyelesaikan tugas (bahkan tugas keseharian) yang dilakukan orang dewasa seringkali sangat berhubungan dengan kepentingan pelaku untuk menyerang dan melakukan agresi secara diam-diam. Di lingkungan kerja atau dalam sebuah tim kerja (teamwork) acapkali seseorang sengaja untuk tidak menyelesaikan tugasnya bukan karena mereka tidak mampu, tapi lebih kepada keinginan mereka untuk menyerang atasan atau rekan kerja. Tujuannya adalah untuk memantik orang lain, membuatnya marah, frustrasi karena pekerjaan tidak selesai sesuai target yang telah disepakati.

Seringkali agresi dalam bentuk pasif terjadi dalam situasi kelompok, terutama situasi kerja. Bisa saja di kantor, di pasar atau bahkan di dalam kelas. Sayangnya teknologi informasi seringkali menjadi lahan empuk untuk menjalarkan agresi jenis ini. Budaya kita yang cenderung untuk merepresi (memendam) kondisi prustrasi dan marah sangat ideal untuk berkembangnya perilaku jenis ini. Kualitas komunikasi, terutama keterbukaan adalah hal lain yang menjadi pupuk suburnya. Tentu banyak hal harus segera kita lkukan apabila kita tertapapar agresi pasif. Semoga saja saya bisa menuliskannya lain waktu hehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun