"Apakah potensi pertanian ini sudah kurang begitu diminati oleh para kaum milenial? Sebab hasil dari pertanian harus menunggu pertiga bulan untuk bisa menghasilkan uang. Disinilah harus menjadi kesadaran kita bersama bahwa potensi pertanian kita masih harus terus didorong oleh pemerintah sebagai penghasil swasembada pangan"
Kunjungan presiden Jokowi ke China, Jepang, dan Korea tidak lain untuk bisa melakukan kerjasama multilateral, baik dibidang ekonomi, politik, energi dan juga tidak lepas dari pertanian itu sendiri dalam kerangka menghadapi krisis pangan global.
Sesuatu yang menjadi seksi saat ini masih ada di aspek pertanian, sebab Indonesia sebagai negara Agraris yang terdiri dari masyarakat petani dan buruh menjadi hal yang menarik dan cukup dilirik.
Indonesia masih bisa menjadi swasembada pangan yang bisa mencukupi kebutuhan masyarakat dalam negeri, syukur-syukur hasil pertanian ini mampu menghasilkan swasembada pangan yang baik sehingga bisa ekspor ke antar negara.
Bertemunya presiden Jokowi dengan beberapa kepala Negara seperti China, Jepang, dan Korea, tentu dalam rangka melakukan kerjasama dalam pembahasan yang akan disampaikan pada Presidensi G20 yang puncaknya akan dilaksanakan di pulau Bali.
Soal ketahanan pangan dan kedaulatan pangan, serta energi, ekonomi masih menjadi hal yang prioritas sebab saat ini sedang menghadapi krisis global.
Baca Juga :Â Gerakan Investasi Hijau, Upaya Pemulihan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional di Tengah Gejolak dan Krisis Pangan Global
Dikutip dari laman kompas.com,Menurut Menkeu Srimulyani Indrawati posisi Indonesia masih dalam status aman mengenai ketersedian pangan dan ketahanan pangan.
 Bahkan regulasi ekonomi negara kita saat ini surplus yang luar biasa di tengah tekanan krisis global. Artinya Indonesia masih menjadi Negara yang di perhitungkan oleh beberapa negara di sekitarnya.
Mari Hijaukan Negeri Ini dari Ancaman Krisis Global