Mohon tunggu...
Akhim Kupeilang
Akhim Kupeilang Mohon Tunggu... -

Semua yang baik,\r\nSemua yang benar,\r\nSemua yang patut dipuji,\r\nPikirkanlah semuanya itu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi untuk Papa (Pahlawanku)

31 Desember 2015   10:57 Diperbarui: 31 Desember 2015   11:36 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Papa...

 

Engkaulah pria kebanggaan hidupku,

ku rindu berada di dekatmu, mengingatmu, hangat terasa hatiku,

memikirkanmu, membangkitkan rasa banggaku akan hidup ini,

mengenang setiap tindakan dan keputusan-keputusanmu, membuatku tersanjung,


 

Tak ada yang menyamaimu, kasih dan ketegasanmu, berlangsung bersamaan,

setiap rotan yang pernah ku alami telah menguatkan aku melalui masa-masa sulit hidup ini,

setiap kasih dan perhatianmu telah membentuk hati ini selembut sutra,

 

papa, aku rindu melihat senyuman wajahmu,

kerutan pengalaman hidup di dahimu telah terbentuk jauh sebelum aku lahir,

ketampananmu takkan luntur, engkaulah pahlawanku,

setiap inchi kulit tubuhmu telah termakan cerita hidup seorang ayah,

 

papa, aku bangga menjadi anakmu,

 

aku beryukur pernah berjalan disisimu sebagai seorang anak lelaki kecil dengan rasa aman,

sambil melihat padamu, menggenggam tanganmu, meniti setiap sudut kota kelahiranku.

 

Papa, entah apa jadinya seorang Akhim jika engkau tak pernah menjadi papaku,

engkaulah yang mengajarkan aku kehidupan ini, setiap perjalan hidup kukenal dan kupelajari darimu,

engkau bagaikan sebuah buku yang dapat kubaca, setiap kata-katamu selalu relevan dengan usiaku,

engkau mengerti bahasa balitaku, engkau mengerti hati kanak-kanakku, engkau mengerti kebimbangan masa mudaku, engkau mengerti tindakan dan pilihanku ketika aku meninggalkanmu di kota tempat engkau melahirkan dan membesarkan aku, 

 

Setiap saat telingamu selalu siap mendengarkan aku, ketika diperantauan ini, aku membutuhkan seseorang untuk bercerita tentang susahnya kehidupan ini. 

Engkau mengerti dan memendam rasa rindumu yang tak terkatakan ketika aku sepertinya melupakan engkau dan hanyut dalam kehidupanku sendiri. 

Selembar suratku yang engkau terima setahun yang lalu, terus kau pegang sebagai pelepas rindumu, 

Maafkan aku Papa, aku berjanji, aku akan mengirim seribu surat untukmu, aku akan datang menemuimu, aku akan memegang tangan kekarmu yang mulai melemah, aku akan memeluk tubuh kekarmu yang pernah menggendong aku, aku tinggal bersamamu dihatiku, 

Aku teringat saat, mereka mencacimu karena cintamu yang besar kepada Yesus, Tuhanmu. Betapa bangganya hatiku melihat engkau tersenyum tanpa membalas sepatah katapun, Betapa bangganya hatiku melihat engkau menyembunyikan aku dibalik tubuhmu agar aku tidak dihina,

 

Mereka berkata, engkau terlalu beriman sehingga melupakan realita kehidupan ini,

Mereka berkata, engkau sok rohani sehingga melupakan hal-hal materi,

Mereka berkata banyak hal yang mereka tidak mengerti dari hati besarmu yang memiliki hai kecilku,

 

Betapa sakit hatiku saat itu, betapa pahlawanku dihina. Aku ingin kembali suatu saat nanti, ditempat itu kepada anak-anak muda yang mencaci papa malam itu, aku ingin menunjukkan dan memberitahu mereka, engkaulah pria terbaik, ayah sejati, dan akulah anakmu, seorang Akhim yang telah berhasil. 

Papa...kemanapun aku pergi namamu akan terukir disetiap langkah kakiku, nasehat dan prinsip hidupmu tertanam kuat disetiap sendi kakiku menguatkan kakiku untuk melangkahi hidup ini.

 Kapanpun aku bicara, prinsip-prinsip hidupmu yang akan terucap disetiap kata-kataku.

 

Aku pernah mendengar cerita tentang orang-orang hebat didunia ini,

tentang bagaimana mereka berjasa bagi banyak orang

tentang bagaimana mereka mangatasi kesulitan hidup ini

tentang bagaimana teori-teori akademis mereka terbukti bermanfaat bagi dunia akademik

tentang penemu pesawat

tentang penemu listrik

tentang hercules yang kuat

tentang robinhood pembela kebenaran

namun semua cerita kepahlawanan itu hanya kudengar

namun semua cerita kepahlawanan itu diceritakan orang kepadaku

 

Disini, saat ini aku melihat engkau berdiri gagah dihadapanku,

Disini, saat ini aku melihat semua cerita kepahlawanan menjadi nyata,

Disini, saat ini aku melihat pahlawanku berdiri,

Papa, Ayah, ENGKAULAH PAHLAWANKU

tidak kudengar cerita tentang dirimu,

tidak kudengar orang menceritakan kepahlawananmu,

 

aku melihatnya sendiri, aku mengalaminya sendiri betapa BETAPA KEPAHLAWANANMU bagi kami sekeluarga

betapa kasihmu kepada ibu

betapa kasihmu kepada kami anak-anakmu

 

ENGKAU PAHLAWANKU yang menggendong aku kecil

ENGKAU PAHLAWANKU yang mengajar aku berjalan

ENGKAU PAHLAWANKU yang menemani aku remaja melangkahi setiap sudut kota kelahiranku

ENGKAU PAHLAWANKU yang mengajariku dengan hati-hati tentang kehidupanku

ENGKAU PAHLAWANKU yang melepas aku pergi dengan bangga

ENGKAU PAHLAWANKU yang menyertaiku dengan seluruh doa-doamu

 

Papa, Ayah ENGKAU PAHLAWANKU 

Terimakasih untuk kehidupan yang kau berikan padaku. aku anakmu, engkau papaku. 

selamanya namamu akan terukir di hidupku, dan dihidup cucumu yakni anak-anakku dan anak-anak yang akan mereka lahirkan. 

Aku mengasihimu papa. 

 

 

Note :

Dengan tidak melupakan penulisnya,....

Silahkan di copy untuk Papa tercinta.

Silahkan di copy untuk Suami tercinta.

Silahkan di copy untuk calon suami tercinta.

Silahkan di copy untuk file pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun