Mohon tunggu...
MUHAMMAD AKHDANSINGGALANG
MUHAMMAD AKHDANSINGGALANG Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang

hobi bermageria dan tidak sadar bahwa dirinya tidak ditinggal harta tujuh turunan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sastra Wayang pada Era Modern

22 Oktober 2023   23:07 Diperbarui: 22 Oktober 2023   23:17 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Apa yang pertama kali dalam pikiran ketika mendengar kata wayang? Ya, seni pertunjukan untuk hiburan orang-orang pada zaman dulu yang diceritakan oleh orang tua atau kakek nenek. Siapa yang tidak tahu wayang? Wayang adalah seni pertunjukakn tradisional asli asal Indonesia yang berasal dan berkembang pesan di pulau Jawa dan Bali.

            Berasal dari Hindu yang ketika agamanya masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi alat media efektif untuk menyebarkan agama Hindu dengan pertunjukan wayang menggunkaan cerita Ramayana dan Mahabarata. Lain cerita ketika memasuki daerah Jawa. Di pullau Jawa, para wali songo sudah memmbagi wayang menjadi tiga wayang kulit di Jawa Timur, wayang won di Jawa Tengah dan wayang golek di Jawa Barat. Dengan media wayang untuk menyebarkan agama Islam dengan menceritakan kisah para nabi .Demikian pada masuknya Islam ke Indonesia ketika pertunjukan yang menampilkan konsep "Tuhan" dalam wujud  manusia dilarang.

            Sekarang bagaimana nasib wayang sebagai alat penyebar agama atau hiburan masyarakat pada era modern saat ini? Wayang dan hiburan sejenisnya sudah ditinggal lama oleh Masyarakat yang tertelan oleh waktu dan perkembangan zaman. Sekarang wayang hanya sebagai peninggalan era lampau dan acara kesenian untuk beberapa tahun sekali.

            Di Jakarta, khususnya Kota Tua, terdapat ruang pameran wayang yang menampilkan berbagai jenis wayang. Mulai dari boneka boneka hingga boneka boneka yang masih asing di telinga masyarakat. Pada awalnya bangunan ini dikenal dengan nama Gereja Belanda Lama dan pertama kali dikerjakan pada tahun 1640. Pada tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama menjadi Gereja Belanda Baru hingga tahun 1808 karena musnah akibat gempa bumi pada waktu yang hampir bersamaan. Apalagi pada tahun 1912 strukturnya diubah total menjadi gaya rumah Belanda, khususnya Neo Renaissance.

Setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya tahun 1957 Lembaga Kebudayaan Indonesia(LKI) bersedia mengelola gedung dan mengganti namanya menjadi Museum Jakarta Lama. Namun pada tanggal 1 Agustus 1960, kata "Lama" resmi dihilangkan sehingga menjadi Museum Jakarta. Dua tahun kemudian, tanggal 16 September, LKI menyerahkan kembali pengelolaan kepada Pemerintahan Indonesia khususnya Jakarta. Gedung ini pun sempat dipindahkan ke gedung Jakarta atau yg dikenal Museum Sejarah Jakarta. Hingga saat ini museum ini dikenal sebagai museum wayang.

Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1957, Lembaga Kebudayaan  Indonesia (LKI) mampu membenahi struktur tersebut dan berganti nama menjadi Gedung Museum Jakarta Lama. Namun pada tanggal 1 Agustus 1960, kata lama itu sendiri "Lama" secara resmi dikeluarkan dan diubah menjadi Gedung Pameran Jakarta. Dua tahun kemudian, pada tanggal 16 September, LKI menyerahkan kembali pemerintahannya kepada Pemerintah Indonesia, khususnya Jakarta. Gedung ini juga dipindahkan ke gedung Jakarta yang dikenal dengan Gedung Pameran Sejarah Jakarta. Hingga saat ini, galeri ini dikenal sebagai pusat sejarah wayang atau Museum Wayang.

Museum wayang juga kerap kali menampilkan pergelaran pertunjukan wayang, contohnya saja pada tanggal 24 September 2023 yang menampilkan pergelaran wayang yang berceritakan tentang gatot kaca. Dihadiri oleh Mahasiswa dari 3 universitas termasuk Universitas Pamulang, namun tidak hanya mahasiswa dan warga local saja yang menyaksikan. Beberapa turis juga hadir dan turut menyaksikan pertunjukan wayang dan berkeliling di dalam museum wayang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun