[caption id="attachment_350093" align="aligncenter" width="622" caption="Manahijussadat, jalan orang-orang mulia"][/caption]
“Manahijussaadat”, itulah nama yang diberikan KH Rifai Arif (Alm), pendiri Pesantren Daar el Qalam untuk pesantren yang didirikan oleh K.H. Sulaeman Effendi. Kata “Manahijussaadat” berasal dari sebuah kalimat dalam Mahfuzhat (Pepatah Arab) “Usluk bunayya manahijassaadat, wa takhallaqanna biakhlaqil ‘aadaat”, yang artinya “Wahai anakku, ikutilah jalan orang-orang mulia, dan berakhlaklah sebagaimana akhlak orang-orang yang beradab”.
[caption id="attachment_350096" align="aligncenter" width="622" caption="Masjid lama yang sudah tidak mampu menampung santri"]
K.H. Sulaeman Effendi berasal dari Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara. Sejak kecil, beliau dididik untuk bekerja keras. Sehabis sekolah, beliau membantu pekerjaan ayahnya hingga pelan-pelan berhasil mengumpulkan padi yang ditaruh dan ditabung di lumbung. Padi itu semakin lama semakin banyak, dan dari hasil menjual padi yang di lumbung itulah, Sulaeman kecil berangkat mencari ilmu ke Gontor. Kebetulan, ada salah seorang tetangganya yang terlebih dahulu nyantri di Pondok Gontor Ponorogo.
[caption id="attachment_350098" align="aligncenter" width="622" caption="KH. Sulaeman Effendi dengan latar belakang Masjid baru yang sedang dibangun. "]
Perjalanan panjang dan berat dilewati, hingga akhirnya Sulaeman lulus dari Gontor. Lulusan Gontor wajib mengabdi, dan mereka terbagi menjadi tiga golongan: wajib mengabdi di Gontor, mengabdi di pondok alumni, atau bebas memilih mengabdi di mana saja. Ust. Sulaeman termasuk golongan ketiga; bebas mengabdi di mana saja. Ust. Sulaeman diajak oleh teman angkatannya untuk mengabdi di Pesantren Daar el Qolam, Gintung.
[caption id="attachment_350100" align="aligncenter" width="622" caption="Sebagian gedung asrama"]
Dengan tekad yang bulat, iapun berangkat menuju daerah yang sama sekali asing. Tetapi tekadnya sudah bulat; ingin mengabdi kepada umat dan bangsa Indonesia. Maka mulailah episode baru kehidupan Ust. Sulaeman: mengabdi sebagai guru di Pesantren Daar el Qolam.
[caption id="attachment_350101" align="aligncenter" width="622" caption="Para santri menyiapkan acara di Gedung Pertemuan"]
Di Pesantren inilah, kepribadian Ust. Sulaeman lebih terbentuk. Sosok kharismatik K.H. Rifai Arif begitu berjasa dan berkesan. KH. Rifai adalah orang yang luar biasa hebat dalam mengkader orang. Ditumbuhkan kepercayaan diri kepada setiap orang, dikembangkan kemampuan mereka dengan memberi tanggung jawab sesuai dengan kemampuan masing-masing. Termasuk juga Ust. Sulaeman yang diberi tanggung jawab beberapa posisi strategis di pesantren.
[caption id="attachment_350102" align="aligncenter" width="622" caption="Saung tempat Ngobrol dan Belajar"]
Namun demikian, keinginan mendirikan pesantren tetap membuncah di dada Ust. Sulaeman. Keinginan itu begitu kuat, sehingga sampai terbawa ke alam mimpi, seakan beliau berdiri di sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi, di seberangnya sawah yang menghijau dan kebun-kebun. Ada seseorang yang menghampiri dan menunjuk ke tanah tersebut seakan menunjukkan, di sanalah tempat untuk pesantrenmu.
[caption id="attachment_350103" align="aligncenter" width="622" caption="Penggemukkan Sapi sebagai salah satu usaha pesantren"]
Suatu hari, Ust. Sulaeman diminta untuk memberikan khutbah Jum’at di Komplek Bank Indonesia. Salah seorang jamaah di masjid tersebut, yang kebetulan mempunyai nama yang sama, Sulaeman tiba-tiba mendekati dan mengutarakan maksudnya untuk memberikan wakaf berupa perhiasan yang jika ditotal nilainya sekitar Rp 6.000.000. Kata Bapak Sulaeman, ini saya berikan kepada Ustadz untuk membeli tanah yang akan didirikan sebagai pesantren. Ust. Sulaeman langsung bersyukur dan berkata dalam hati bahwa inilah jalan yang dibuka Allah untuk mendirikan pesantren.
[caption id="attachment_350104" align="aligncenter" width="622" caption="Suasana Pelatihan Santri"]
Hingga beberapa hari kemudian, datanglah kawannya yang menawarkan informasi penting ada orang yang mau jual tanah di daerah Lebak, Rangkasbitung. Dan ternyata, setelah disurvey, tanah itu persis seperti apa yang diimpikan Ust. Sulaeman. Tanah seluas 5000 meter itu sudah bersertifikat lengkap. Tanah itu ditawarkan Rp 6.000.000, persis seperti yang diberikan oleh Bapak Sulaeman. Tanpa berpikir panjang lagi, Ust. Sulaeman lalu membeli tanah tersebut. Mulailah episode baru membangun pesantren.
Pesantren Manahijussaadat akhirnya berdiri. Dimulai dengan menerima beberapa orang santri, pesantren ini terus berkembang pesat hingga sekarang. Pembangunan terus bertambah, sarana prasarana juga terus dikembangkan. Bermula dari beberapa santri, pesantren ini sekarang berkembang hingga sekitar 600 santri.
[caption id="attachment_350105" align="aligncenter" width="622" caption="In Action"]
Salah satu pesan penting KH Sulaeman Effendi yang rasanya perlu untuk diteladani adalah; perbanyak silaturahim. Silaturahim akan membuka berbagai kemungkinan. Silaturahim akan membuka pintu-pintu rezeki yang sebelumnya mungkin tidak pernah kita sangka dan kita duga.
Selebihnya, serahkan pada Allah. Allah yang akan mengatur segalanya.