Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ada Burger dan Sandwich, Kapan Ada Pangan Lokal MBG?

11 Oktober 2025   20:05 Diperbarui: 12 Oktober 2025   06:54 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanti kejutan menu MBG lewat olahan pangan lokal. (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus berlanjut dengan dinamikanya. Kini telah memasuki pekan kedua dan suasana di sekolah masih terasa hangat setiap kali ompreng makan bergizi itu tiba. Tak hanya murid yang antusias tapi para guru pun ikut penasaran menebak-nebak menu apa yang akan hadir.

Menariknya, dari pengamatan dua pekan terakhir, hari Jumat agaknya menjadi momen unik. Karena menu MBG-nya yang cenderung ringan namun menggugah selera para siswa. Jumat pekan pertama, para siswa disuguhkan sandwich. Jumat pekan kedua, giliran burger yang tampil menggoda di balik selera anak didik.

Sekilas, mungkin menu seperti sandwich dan burger terdengar "western". Tapi jangan salah, keduanya tetap buatan lokal racikan dapur MBG yang kreatif. Roti lembut berpadu dengan telur mata sapi, selada, dan irisan timun dan diberi saus sachet menciptakan harmoni rasa yang sederhana tapi pas di lidah anak-anak Indonesia. Sandwich hadir dengan isian ayam katsu yang renyah, lengkap dengan sayur selada dan irisan timun. 

Yang membuat senang hanya karena tidak ada makanan yang tersisa. Semua siswa tampak lahap menikmati menu tersebut. Disampaing menu utamanya, ada pula dua potong tahu yang turut melengkapi gizi. Diikuti dengan susu kotak dan buah salak sebagai pencuci mulut. 

Bicara soal gizi, anak usia sekolah dasar membutuhkan kalori per hari tergantung aktivitas dan usia. Menu MBG yang diberikan pemerintah umumnya menyumbang sepertiga dari kebutuhan harian anak.

Mungkin menu ringan seperti sandwich dan burger juga menunjukkan bahwa makan bergizi tidak selalu harus "berat" seperti nasi dan lauk pauk. Prinsipnya adalah balanced meal yaitu perpaduan nutrisi yang seimbang dalam porsi yang sesuai.

Burger di menu MBG. (koleksi AKBAR PITOPANG)
Burger di menu MBG. (koleksi AKBAR PITOPANG)

Di sisi lain, variasi menu juga penting untuk menghindari kejenuhan.jika setiap hari anak disuguhi nasi dan ayam goreng maka bisa-bisa semangat makannya turun. Menu seperti sandwich dan burger menjadi bentuk inovasi dari dapur penyedia. Kreativitas dapur MBG patut diapresiasi. Di tengah keterbatasan ide dan waktu mereka berhasil menghadirkan menu yang disukai anak-anak tanpa kehilangan nilai gizinya. Inilah tantangan sekaligus seni dalam dunia penyediaan makanan bergizi ala MBG.

Namun dibalik itu, muncul pula harapan baru. semoga kedepan dapur penyedia bisa lebih banyak menampilkan pangan lokal MBG. Indonesia kaya akan bahan pangan yang bergizi dan mudah didapat. Bayangkan jika suatu hari, anak-anak mendapat burger ikan patin khas Riau. Rasanya unik, tetap sehat, dan sekaligus memperkenalkan kekayaan kuliner daerah.

Pangan lokal bukan hanya soal rasa tapi juga identitas. Dengan mengangkat pangan lokal MBG turut mendukung petani dan UMKM sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.

Kembali ke dapur MBG, rutinitas mereka tiap pagi bukan hal yang mudah. Dari menyiapkan bahan, memasak dalam jumlah besar, memastikan kebersihan, hingga pengantaran tepat waktu ---semuanya butuh koordinasi dan komitmen tingkat tinggi.

Tak heran jika keberhasilan program ini juga bergantung pada kerja sama antara sekolah, penyedia, dan dinas terkait. Setiap unsur punya peran penting agar makanan yang sampai di tangan murid benar-benar aman dan bergizi.

Keamanan pangan menjadi hal yang tidak bisa ditawar. Hingga kini, alhamdulillah, selama dua pekan berjalan belum ada kasus keracunan atau keluhan dari siswa. Ini menjadi indikator bahwa sistem pengawasan masih, berjalan baik.

Sandwich di menu MBG. (koleksi AKBAR PITOPANG)
Sandwich di menu MBG. (koleksi AKBAR PITOPANG)

Namun tetap saja evaluasi perlu dilakukan secara berkala. Misalnya, terkait rasa, penyajian, atau variasi menu. Anak-anak punya selera yang dinamis. Kehadiran MBG sebenarnya lebih dari sekadar memberi makan. Ia juga mendidik anak belajar menghargai makanan, mengenal aneka bahan pangan, hingga terbiasa menghabiskan porsi tanpa menyisakan.

Perilaku makan sehat perlu dibentuk sejak dini. MBG juga memperkuat rasa kebersamaan. Ketika semua murid makan bersama pada waktu yang sama maka ada rasa setara dan tidak ada yang merasa "kurang". Ini nilai sosial yang tak kalah penting.

Anak-anak yang dulu sering jajan sembarangan kini lebih memilih menunggu MBG karena selain dari uang pajak, juga "lebih enak dan sehat"

Atau kisah guru yang merasa bahagia karena muridnya kini tampak lebih semangat belajar setelah dapat MBG. Energi positif seperti ini adalah dampak nyata yang mungkin tak tertulis dalam laporan resmi tapi terasa di ruang kelas.

Harapannya, setiap Jumat tidak hanya jadi hari "menu ringan" tapi juga jadi refleksi untuk mengingat betapa pentingnya makan bergizi dan menghargai apa yang tersaji di depan mata. Dan siapa tahu, di Jumat-jumat berikutnya akan ada kejutan lain. Mungkin roti isi abon papua, atau sushi isi rendang.

Apapun bentuknya MBG itu selama memenuhi prinsip bergizi, higienis, dan ramah lingkungan maka semua patut disambut dengan antusias.

Dan kini, sembari menutup pekan kedua dengan senyum kenyang dan hati gembira. Satu pertanyaan sederhana pun menggelitik. Kira-kira Jumat depan, dapur MBG akan menghadirkan kejutan apa lagi, ya? 

Syukur-syukur ada sentuhan pangan lokal.. Mari kita tunggu tanggal mainnya..

Semoga ini bermanfaat.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== AKBAR PITOPANG ==

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun