Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Meninjau Evaluasi Sepekan MBG di Sekolah (Kami)

8 Oktober 2025   12:24 Diperbarui: 8 Oktober 2025   13:04 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Refleksi sepekan berjalan MBG di sekolah. (Foto AKBAR PITOPANG)

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini sudah memasuki pekan kedua di sekolah kami. Sejak hari pertama pelaksanaannya tampak suasana sekolah terasa sedikit berbeda. Jelang jam istirahat tercium aroma masakan yang keluar dari celah ompreng menandakan waktu makan telah tiba. Para siswa tampak antusias menerima jatah MBG mereka. Sebuah pengalaman yang tentu saja tidak setiap hari mereka rasakan sebelumnya.

Kabar baiknya, sejauh ini program MBG berjalan dengan lancar. Tidak ada laporan kasus keracunan MBG dan distribusi makanan selalu tepat waktu. Pengantaran dari pihak penyedia pun terbilang rapi dan terjadwal. Ini menunjukkan adanya koordinasi yang cukup baik antara pihak sekolah, penyedia, dan pengawas program. Ini merupakan indikator keberhasilan implementasi di lapangan.

Program MBG sendiri wujud nyata dari intervensi gizi anak usia sekolah. Anak sekolah di Indonesia masih memiliki asupan gizi di bawah standar ideal. Kehadiran MBG diharapkan mampu memberi asupan bergizi serta meningkatkan konsentrasi belajar siswa di kelas. 

Namun, sebagaimana pelaksanaan MBG di lapangan tidak selalu mulus tanpa catatan. Tetap ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kualitas program ini semakin baik dan berkelanjutan. Evaluasi bukan berarti mencari kesalahan melainkan bagian penting dari proses penyempurnaan agar tujuan mulia program ini hendaknya tercapai sepenuhnya.

Selain faktor teknis, keberhasilan MBG juga sangat dipengaruhi oleh aspek budaya makan siswa dan dukungan lingkungan rumah dan sekolah. Kita tidak bisa menyangkal bahwa setiap anak memiliki selera dan kebiasaan makan yang berbeda. Inilah yang kemudian menimbulkan tantangan baru di sekolah. Terutama terkait dengan sisa makanan dan penerimaan siswa terhadap menu yang disajikan.

Pihak sekolah sejauh ini telah berupaya melakukan edukasi dan pendampingan agar siswa menghargai makanan yang disediakan. Edukasi sederhana seperti "ambil dan habiskan" atau "tidak menyia-nyiakan rezeki" terus disampaikan oleh para guru. Nilai-nilai tanggung jawab dan rasa syukur menjadi bagian dari pendidikan karakter yang melekat di balik pelaksanaan MBG.

Maka dari itu, pelaksanaannya dalam dua pekan berjalan kini saatnya kita menengok kembali pelaksanaan MBG di sekolah kami dengan dua kacamata. Yakni, rasa syukur atas kelancaran yang telah dicapai dan semangat evaluasi untuk memperbaiki hal-hal yang masih perlu ditingkatkan.

Cuplikan salah satu menu MBG pekan pertama. (Foto koleksi AKBAR PITOPANG)
Cuplikan salah satu menu MBG pekan pertama. (Foto koleksi AKBAR PITOPANG)

1. Tantangan Sisa Makanan yang Masih Tinggi

Sejauh ini, hal yang paling mencolok adalah masih banyaknya makanan yang tersisa. Memang, sebagian besar siswa sudah terbiasa menghabiskan porsi mereka. Tetapi tetap saja ada yang menyisakan nasi, lauk, atau sayur. Bahkan ada yang belum sempat disentuh sama sekali. Ini tentu menjadi PR bagi penyedia MBG.

Dalam konteks pendidikan karakter, perilaku menyisakan makanan bisa menjadi bahan refleksi bersama. Guru dapat memanfaatkan momen ini untuk menanamkan nilai tanggung jawab dan menghargai makanan. Siswa perlu diajak memahami bahwa makanan yang terbuang sama dengan menyia-nyiakan kerja keras banyak pihak mulai dari petani, juru masak, hingga petugas distribusi.

Mungkin makanan yang masih layak ---misalnya belum disentuh dan masih dalam kondisi baik--- dapat diolah kembali dengan bijak. Tentu dengan memperhatikan standar keamanan pangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun