Didikan tentang kebersihan sejak dini bukan hanya soal fisik tetapi juga mental. Anak perlu memahami bahwa lingkungan yang bersih akan membuat hidup lebih nyaman dan sehat. Dan lingkungan yang kotor justru menjadi sarang penyakit yang merugikan diri sendiri dan sesama manusia.
Selain itu, kebiasaan bersih-bersih juga bisa menjadi bagian dari pembentukan karakter. Anak yang terbiasa hidup bersih akan lebih teratur dalam kehidupannya, lebih peduli, dan lebih bertanggung jawab. Nilai-nilai ini akan terbawa hingga mereka dewasa. Jika sejak kecil dibiasakan untuk peduli terhadap aksi bersih-bersih maka kelak mereka akan tumbuh menjadi individu yang sadar lingkungan.
Hal terpenting adalah konsistensi. Edukasi kebersihan sejak dini tidak bisa hanya sekali atau sesaat tetapi harus terus-menerus. Dengan cara ini, anak-anak akan benar-benar meresapi pentingnya budaya bersih dalam kehidupan mereka.
Mengajarkan Pembiasaan Kesadaran
Edukasi kebersihan sejak dini juga perlu melibatkan lingkungan sekolah. Guru bisa mengintegrasikan materi tentang kebersihan ke dalam pelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dengan begitu, anak didik tidak hanya mendengar teori tetapi juga langsung mempraktikkan. Kesadaran akan pentingnya kebersihan di sekolah menjadi bagian penting dari pendidikan karakter murid.
Banyak pemerintah daerah mengeluarkan edaran khusus yang menginstruksikan sekolah untuk mengadakan aksi bersih-bersih. Hal ini bertujuan agar murid terbiasa menjaga kebersihan tidak hanya di sekolah tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan World Cleanup Day di sekolah adalah sarana mendidik murid untuk bekerja sama, saling menghargai, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pembiasaan semacam ini juga melatih murid untuk peduli terhadap sekolah yang merupakan fasilitas umum. Anak didik akan lebih menghargai ruang kelas, bangku sekolah, hingga toilet, jika terbiasa ikut serta menjaganya. Dengan begitu, fasilitas yang ada bisa lebih awet dan terpelihara.
Kegiatan World Cleanup Day di sekolah juga bisa menjadi sarana pembentukan karakter yang aplikatif. Yakni dengan mengaitkan kegiatan bersih-bersih dengan nilai gotong royong atau rasa syukur atas lingkungan yang sehat. Murid pun belajar dari pengalaman langsung. Ramai sekolah mengadopsi program pengelolaan sampah seperti memilah sampah organik dan anorganik. Juga adanya program Bank Sampah di Sekolah.
Dengan pembiasaan ini anak didik diharapkan tumbuh menjadi generasi yang lebih sadar lingkungan. Tidak lagi menganggap kebersihan sebagai kewajiban tetapi sebagai kebutuhan hidup yang melekat dalam diri, kini dan nanti.
Dukungan dari Rumah
Program kebersihan di sekolah juga bisa menjadi inspirasi bagi keluarga. Ketika murid terbiasa menjaga kebersihan di sekolah maka akan membawa kebiasaan itu ke rumah. World Cleanup Day tidak bisa hanya mengandalkan sekolah. Peran orangtua sebagai “madrasah pertama” sangat menentukan. Orangtua yang memberi contoh nyata akan lebih mudah menanamkan nilai kebersihan pada anak.
Tampak dalam kegiatan penyetoran sampah daur ulang. Banyak sekolah yang membuka program Bank Sampah yang berjalan efektif jika orangtua ikut terlibat. Anak mungkin yang menyerahkan sampah ke sekolah tetapi orangtua lah yang mengumpulkannya di rumah.